“Suhu yang meluas antara 40 hingga 50 derajat Celcius (104 hingga 122 derajat Fahrenheit) dan bahkan suhu ekstrem harian yang lebih besar lagi, ditambah dengan tingkat kelembapan yang tinggi pada akhirnya akan menentukan nasib kita. Manusia – bersama dengan banyak spesies lainnya – akan mati karena ketidakmampuan mereka mengeluarkan panas melalui keringat, sehingga mendinginkan tubuh mereka,” lanjutnya.
Dia mengatakan meningkatnya panas akan menciptakan lingkungan tanpa sumber makanan atau air bagi mamalia.
Meskipun ada ketidakpastian besar dalam membuat prediksi mengenai masa depan, namun para ilmuwan mengatakan bahwa gambarannya tampak “sangat suram,” dengan hanya sekitar 8% hingga 16% daratan di benua super yang dapat dihuni oleh mamalia.
Menurut laporan tersebut, karbon dioksida bisa mencapai dua kali lipat tingkat karbon dioksida saat ini, meskipun perhitungan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa manusia sekarang berhenti menggunakan bahan bakar fosil.
“Jika tidak, kita akan melihat angka tersebut jauh lebih cepat,” ujar Benjamin Mills, seorang profesor sistem bumi evolusi di Universitas Leeds dan rekan penulis laporan, mengatakan dalam rilisnya.
Penulis laporan tersebut memperingatkan, prospek suram ini bukanlah alasan untuk berpuas diri dalam mengatasi krisis iklim saat ini.