DHAKA – Menurut data resmi pemerintah Bangladesh, lebih dari 1.000 orang telah meninggal akibat demam berdarah dalam wabah terburuk yang pernah tercatat di Bangladesh. Wabah ini melonjak karena kenaikan suhu akibat krisis iklim mendorong penyebaran yang sedang berlangsung karena semakin banyak kasus yang dilaporkan di luar pusat kota yang padat untuk pertama kalinya.
Menurut angka dari Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan Bangladesh yang dirilis pada Senin (2/10/2023), sejak Januari lalu, 1.017 orang telah meninggal karena penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini. Termasuk lebih dari 100 anak-anak, dan angka infeksi meningkat lebih dari 208.000,.
Meskipun demam berdarah merupakan penyakit endemik di negara Asia Selatan ini, dengan infeksi yang biasanya mencapai puncaknya pada musim hujan antara Juli dan September, namun tahun ini peningkatan kasus terjadi jauh lebih awal. Yaitu menjelang akhir April lalu.
Para ilmuwan mengatakan musim hujan yang berkepanjangan dengan suhu yang lebih hangat ditambah dengan curah hujan yang deras dan tidak teratur menciptakan kondisi perkembangbiakan yang ideal bagi nyamuk Aedes, pembawa penyakit demam berdarah.
Media lokal melaporkan banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit (RS) telah membebani sistem layanan kesehatan di negara tersebut. RS pun menghadapi kekurangan tempat tidur dan staf untuk merawat mereka.