NEW YORK - Sebuah surat dari kelompok mahasiswa Universitas Harvard yang menyalahkan Israel atas kekerasan di wilayah tersebut telah mendapat reaksi keras dari para alumni terkemuka dan anggota parlemen Amerika Serikat (AS).
Surat tersebut, yang ditulis oleh Komite Solidaritas Palestina Sarjana Harvard, menyatakan bahwa mahasiswa “menganggap rezim Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas semua kekerasan yang terjadi”.
Surar itu ditandatangani bersama oleh 33 kelompok mahasiswa.
“Peristiwa hari ini tidak terjadi dalam ruang hampa,” kata pernyataan itu, dikutip BBC.
“Rezim apartheid adalah satu-satunya pihak yang harus disalahkan. Kekerasan Israel telah menyusun setiap aspek keberadaan Palestina selama 75 tahun,” tambah surat itu.
Surat itu muncul setelah Israel mengatakan 1.000 orang telah terbunuh dan 100 orang diculik sejak militan Hamas melancarkan serangan mendadak pada Sabtu (7/10/2023) dini hari. Di Gaza, lebih dari 700 orang tewas akibat serangan udara balasan Israel.
Pernyataan mahasiswa tersebut, yang diposting pada Sabtu (7/10/2023), dengan cepat ditegur oleh beberapa profesor serta mantan Presiden Harvard Larry Summers, yang menulis dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa dia "muak" karena surat itu.
“Diamnya kepemimpinan Harvard, sejauh ini, ditambah dengan pernyataan kelompok mahasiswa yang vokal dan banyak diberitakan yang menyalahkan Israel semata, telah membuat Harvard tampil netral terhadap tindakan teror terhadap negara Yahudi Israel,” terang mantan Menteri Keuangan AS itu.
Sementara itu, Universitas Harvard mengeluarkan suratnya sendiri pada Senin (9/10/2023) yang tidak secara langsung membahas kontroversi tersebut tetapi malah mengatakan bahwa para pemimpin universitas “patah hati” oleh serangan Hamas yang menargetkan warga di Israel akhir pekan ini, dan perang di Israel dan Gaza yang sedang berlangsung.
Dalam pernyataan lain yang dikeluarkan pada Selasa (10/10/2023), Rektor Claudine Gay, mengklarifikasi bahwa sekolah tersebut "mengutuk kekejaman teroris yang dilakukan oleh Hamas".
“Ketidakmanusiawian seperti itu sangat menjijikkan, apa pun pandangan seseorang mengenai asal mula konflik yang sudah berlangsung lama di kawasan ini,” katanya.
Dia menambahkan bahwa meskipun mahasiswa mempunyai hak untuk "berbicara atas nama mereka sendiri", tidak ada seorang pun yang mempunyai hak untuk berbicara atas nama Harvard.
Kritik Summers juga diamini oleh beberapa anggota parlemen AS dari Partai Republik, termasuk alumni Harvard Ted Cruz yang menulis di X.
"Apa yang salah dengan Harvard?,” cuitnya.
Profesor Ilmu Komputer Harvard, Boaz Barak, juga melalui media sosial mengutuk surat tersebut, meminta universitas untuk menghapus afiliasi sekolah kelompok mahasiswa tersebut.
“Saya mendapat banyak kritik terhadap kebijakan Israel, tapi semua orang yang menandatangani pernyataan ini memaafkan terorisme, pemerkosaan, dan pembunuhan,” katanya.
Pusat Yahudi di Universitas tersebut, Harvard Hillel, mengklaim pernyataan itu adalah tanda "kebencian dan anti-Semitisme yang lebih lanjut".
Kelompok-kelompok yang menandatangani surat tersebut – yang meminta Harvard untuk “menghentikan pemusnahan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina”. Termasuk Harvard Law School Justice for Palestine, Harvard Jews for Liberation, dan Harvard South Asian Law Students Association.
Dalam sebuah postingan di Instagram, penulis pernyataan tersebut, Komite Solidaritas Palestina Sarjana Harvard, mengatakan akunnya telah ditangguhkan sementara setelah memposting surat tersebut.
Kelompok tersebut menyebut tindakan tersebut sebagai “pola berulang dari penyensoran Meta terhadap pesan-pesan pro-Palestina”.
(Susi Susanti)