Situasi saat ini juga berpotensi menghambat bantuan militer dari Barat untuk Ukraina.
Meskipun Rusia mendapatkan keuntungan dari meningkatnya kekerasan antara Israel dan Hamas, tidak ada bukti bahwa Rusia berperan dalam menghasut tindakan Hamas secara langsung.
Saat ini Israel belum memberikan senjata mematikan kepada Kyiv, karena pihaknya tidak ingin bermusuhan dengan Rusia, karena hubungannya dengan Rusia sudah terjalin baik sejak 2022 terutama saat dibawah pimpinan Perdana Menteri Israel Yair Lapid. Selain itu, kedua negara tersebut juga mengoordinasikan kegiatan angkatan udara mereka di Suriah.
Selain itu, meski Rusia mendapatkan keuntungan dari situasi ini, Moskow tidak ingin Iran dan Israel terjerumus ke dalam perang skala penuh. Karena konflik konflik yang lebih luas nantinya pasti tidak hanya akan melanda Lebanon tetapi juga Suriah, di mana pangkalan udara dan angkatan lautnya dikuasai oleh Rusia yang mendukung kekuatan Moskow di Mediterania Timur dan Afrika.
Dibalik tindakannya, Rusia masih menghargai hubungannya dengan Israel dan negara-negara Arab, meskipun keterkaitannya dengan Iran semakin meningkat. Sejak 7 oktober, Moskow menjadi perantara perdamaian dan menyalahkan bahwa perang yang terjadi di Timur Tengah adalah kesalahan di masa lalu yang dilakukan oleh pihak Barat.
Sebagai wujud kecakapan memainkan pertunjukan diplomatis, para pejabat Rusia sibuk menjalin hubungan dan menjadi rumah rumah bagi negara-negara Arab. Rusia juga menyatakan rancangan resolusi terkait perang tersebut di Dewan Keamanan PBB awal pekan ini.