VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menegaskan bahwa Pertamina turut mendukung usaha KLHK dalam mencapai target kampung Proklim melalui desa-desa binaan yang mencanangkan program program pendukung dan memberdayakan masyarakat desa, kampung dan juga dusun untuk menjadi agen perubahan dalam Kampung Proklim Indonesia.
“Peran Pertamina saat ini tidak hanya terbatas pada penyediaan energi, tetapi juga komitmen dalam menjaga lingkungan demi menciptakan masa depan yang lebih baik, dengan bersama, mengajak masyarakat dalam mengendalikan perubahan iklim secara berkelanjutan termasuk mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060,” ungkap Fadjar.
Lebih lanjut Fadjar menjelaskan entitas-entitas Pertamina yang menerima penghargaan karena secara konsisten mengajak masyarakat dalam aksi dan mitigasi ProKlim untuk lingkungan yang lebih baik. Seperti contoh yang dilakukan di Integrated Terminal Palembang dengan pembinaan di Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir yang memberdayakan masyarakat melalui program Desa Energi Berdikari untuk mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan melalui pemanfaatan energi terbarukan dari sinar matahari.
“Pemanfaatan panel surya, manajemen usaha, dan pemasaran digital kepada masyarakat dilakukan secara terstruktur. Dilengkapi panel surya berkapasitas 6,54 kWp dan teknologi penyimpanan energi baterai lithium sebesar 10 kWh, program ini mampu menghasilkan 8.442 kWh energi per tahun. Ini membawa potensi penghematan biaya listrik sekitar Rp13 juta per tahun. Selain itu penerapan energi surya tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbon sebanyak 8.502 kg CO2eq per tahun,” tutur Fadjar.
Dampak positif dari program ini sangat terasa. Lebih dari 140 petani telah merasakan manfaat langsung dari praktik pertanian terpadu yang didukung oleh program DEB. Berdirinya Kelompok Home Industry yang terdiri dari 10 anggota juga terasa berdampak, dengan peningkatan pendapatan petani sebesar 30 persen dan omset mencapai Rp1.500.000 per bulan per petani, serta Rp1.000.000 per bulan per kelompok.