Pidato Lengkap Bung Tomo di Radio yang Kobarkan Semangat Pemuda Surabaya

Nanda Aria, Jurnalis
Jum'at 10 November 2023 05:12 WIB
Bung Tomo/Foto: Istimewa
Share :

JAKARTA - Hari ini, 10 November 2023, merupakan Hari Pahlawan Nasional. Hari Pahlawan ditetapkan untuk mengingat Pertempuran Surabaya yang monumental. Peristiwa barisan rakyat mempertahankan kemerdekaan dari pasukan sekutu pada 10 November 1945.

Salah seorang tokoh dalam pertempuran dahsyat ini adalah Bung Tomo. Ia melalui udara alias radio, memompa semangat para pemuda dan pejuang. Ia piawai membakar semangat warga Surabaya di masa pertempuran.

Suara sinyal radio yang belum jernih masih menangkap lantang suara Bung Tomo. Para arek-arek Suroboyo yang masih muda mendekatkan telingganya ke tepi radio, mendengarkan dengan seksama.

Bismillahirrohmanirrohim..Merdeka!!! Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui. Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.




Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang. Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.


Saat Bung Tomo sudah mengudara dengan lantangnya di udara, darah arek-arek Surabaya sudah mendidih di sepanjang petang sampai dini hari. Suara senapan dan riak kecil pengepungan sudah dilakukan sekutu pada 9 November 1945.

Arek-arek Suroboyo sudah berkumpul, membunuh dinginnya malam sambil menunggu seruan untuk bergerak. Perkampungan kecil dipatadi para gerilyawan, berbagai pasang mata tetap terjaga. Menunggu tank lewat dan menyergapnya dengan kilat.

Arek-arek Surabaya bersandar di puing-puing bangunan yang sudah hancur terkena mortir. Para pejuang muda Surabaya seperti membeku mendengar pidato Bung Tomo. Kata-kata itu menusuk pikiran mereka, menyulut bara perjuangan yang sudah terbakar. Membuat bulu bergidik. Darah mereka semakin mendidih dan siap menerjang.

Mereka tak mau pergi, masih duduk dengan kepala panas yang siap menumpahkan lahar Gunung Semeru pada kolonial. Arek-arek Suroboyo memilih untuk berperang bersama Sungkono, Komandan BKR Kota Surabaya ketika peristiwa 10 November 1945.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya