Sayangnya keadaan makin ramai, sehingga Sidik terus didesak lalu terbunuh dengan pisau yang tertancap di badannya. Sementara itu Hariyono mengamankan Residen Soerdirman dan membawanya pergi keluar hotel.
Residen Soedirman dan Hariyono mengabarkan kepada pemuda lainnya bahwa negosiasi tidak berjalan mulus. Akhirnya para pemuda memutuskan pergi ke atap Hotel Yamato untuk menurunkan bendera triwarna Belanda dan menggantinya dengan bendera Merah Putih Indonesia. Namun, para pemuda Surabaya itu tidak membawa bendera Indonesia.
Dengan cerdik, mereka merobek kain biru pada bendera triwarna, sehingga tinggallah kain bewarna merah-putih. Bendera Merah Putih pun berhasil dinaikkan di tiang bendera, meski terlihat bekas sobekan. Pengibaran bendera Merah Putih di atas Hotel Yamato diiringi dengan pekik para pemuda yang meneriakkan seruan “Merdeka!”.
Penyobekan bendera yang terjadi di Hotel Yamato tak pelak membuat Belanda marah. Dampaknya, konflik antara pihak sekutu dan rakyat Surabaya berlangsung, dari awal Oktober hingga mencapai puncaknya pada 10 November 1945.
Konflik dan pertempuran tersebut mengakibatkan tewasnya puluhan ribu orang dari kedua belah pihak. Tanggal 10 November akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.
(Awaludin)