Selanjutnya, Siti Atikoh menuturkan tentang mengatasi krisis kesehatan. Indonesia dengan populasi besar membutuhkan akses kesehatan yang berkualitas seperti yang dimiliki Jepang.
“Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis,” kata Atikoh.
Sementara dalam sisi stabilitas ekonomi, Atikoh mengatakan, “Baik Jepang maupun Indonesia memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan. Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan standar hidup mereka tetapi juga berkontribusi terhadap stabilitas sosial dan mengurangi risiko konflik,” ujarnya.
Pada akhir pemaparannya, Siti Atikoh menyampaikan terkait kesetaraan gender. Sebagaimana yang diketahui, saat ini Jepang dan Indonesia sudah mendukung kesetaraan gender. Namun Atikoh menegaskan masih banyak pekerjaan rumah yang diselesaikan.
“Baik Jepang maupun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam mendorong kesetaraan gender, namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Hal ini mencakup akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, peluang ekonomi, dan keterwakilan politik,” pungkasnya.
(Arief Setyadi )