Seorang dokter dan ahli geografis asal Inggris, Dr. Francis Buchanan-Hamilton memberi pernyataan pada sebuah artikel, bahwa orang Mohammedan yang telah menetap lama di Arakan menyebut dirinya 'Rooinga', yang lainnya adalah 'Rakhing'.
Inggris berkuasa di Burma setelah sebuah perang pada 1823. Di bawah kekuasaan Inggris, orang Rohingya bertahan dengan budaya dan bahasa mereka sendiri.
Inggris lebih memilih Muslim dalam administrasi dibanding Buddha. Hal ini dikarenakan adanya sentimen anti-kolonial Buddha, yang membuat mereka merasa tidak didukung dan terancam.
Mengutip sumber lain, Muslim Rohingya bersekutu dengan Inggris pada masa Perang Dunia II. Rohingya berpihak kepada Inggris karena dukungan yang diberikan selama masa kolonial.