Sejak itu, lebih dari 18.600 orang telah terbunuh di Gaza, sekira 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Pada sesi darurat Majelis Umum PBB pada Selasa, 153 negara anggota memberikan suara mendukung resolusi tidak mengikat yang menuntut “gencatan senjata kemanusiaan segera” di Gaza, dan “pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, serta memastikan akses kemanusiaan”.
Delapan negara bergabung dengan Israel dan Amerika Serikat dalam memberikan suara menentang resolusi tersebut, termasuk Austria dan Republik Ceko, sementara Inggris dan Jerman termasuk di antara 23 negara yang abstain.
Hal ini diajukan oleh negara-negara Arab dan Muslim setelah AS memveto resolusi yang mengikat di Dewan Keamanan PBB pada Jumat lalu, dengan mengatakan bahwa gencatan senjata segera akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali.
Sehari setelah pemungutan suara Majelis Umum dan peringatan Presiden Biden, Eli Cohen mengatakan kepada diplomat yang berkunjung: "Israel akan melanjutkan perang melawan Hamas, dengan atau tanpa dukungan internasional."
“Gencatan senjata pada tahap saat ini adalah hadiah bagi organisasi teroris Hamas, dan akan memungkinkan mereka kembali bangkit dan mengancam penduduk Israel,” tambahnya, menurut pernyataan dari kantornya, sebagaimana dilansir BBC.