"Saya naik truk setelah kelelahan dan melarikan diri [Wad Madani] ke negara bagian Blue Nile, saya tidak ingin menunggu seperti terakhir kali ketika saya berada di Khartoum,” terang pria berusia 38 tahun itu.
Penduduk kota mengatakan RSF – yang memerangi tentara – telah menyerang sebuah rumah sakit dan mengambil alih pangkalan militer.
“Kami menguasai Divisi Infanteri Pertama SAF [tentara Sudan] di Wad Madani. Operasi kami termasuk pembebasan kamp cadangan pusat dan jembatan strategis Hantoub dari sisi timur,” ungkap RSF dalam sebuah posting di X, sebelumnya Twitter.
Di tempat lain di media sosial, Ketua RSF Mohamed Hamadan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, menuduh para pejuangnya menyerang Wad Madani setelah mengetahui bahwa tentara dan para pemimpin rezim sebelumnya sedang mempersiapkan serangan terhadap Khartoum.
Pada Selasa (19/12/2023) malam, empat hari setelah RSF mulai menyerang Wad Madani, tentara mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka akan menyelidiki bagaimana pasukannya berhasil kehilangan kendali atas kota tersebut.
Ketika perang pecah pada April lalu, kota ini menggantikan Khartoum sebagai pusat organisasi kemanusiaan internasional.
Banyak dari organisasi nirlaba ini telah keluar dalam beberapa hari terakhir, beberapa di antaranya mengarah ke Sennar dan Gadrif. Namun, pejuang RSF di media sosial kini mengancam akan menyerang kota-kota tersebut juga.
Ada juga spekulasi bahwa RSF mungkin akan menyerang Kosti, sebuah kota di selatan tempat banyak warga Wad Madani mengungsi.
Will Carter, Direktur Dewan Pengungsi Norwegia di Sudan, mengatakan pihaknya masih memiliki staf internasional di sana untuk saat ini. “Banyak organisasi telah pergi, beberapa staf Sudan kami juga harus pergi bersama keluarga mereka. Ini sangat sulit,” terangnya.