NEW YORK – Rudy Giuliani, rekan lama mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, telah mengajukan kebangkrutan hanya beberapa hari setelah dia diperintahkan membayar USD148 juta (Rp2,3 triliun) dalam kasus pencemaran nama baik.
Dia diperintahkan untuk membayar sejumlah uang tersebut setelah hakim memutuskan bahwa dia mencemarkan nama baik dua petugas pemilu Georgia atas klaim palsu bahwa mereka merusak suara pada 2020.
Pengajuan tersebut menunjukkan bahwa dia berhutang jutaan dolar untuk biaya hukum dan pajak yang belum dibayar.
Seorang juru bicara mengatakan langkah tersebut seharusnya tidak mengejutkan siapa pun.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Giuliani, Ted Goodman, mengatakan tidak ada orang yang percaya bahwa Tuan Giuliani] akan mampu membayar hukuman sebesar itu.
Dia menambahkan bahwa pengajuan kebangkrutan pada Kamis (21/12/2023) di New York akan memberi Giuliani kesempatan dan waktu untuk mengajukan banding, sambil memberikan transparansi atas keuangannya di bawah pengawasan pengadilan kebangkrutan.
Giuliani, 79 tahun, mengatakan awal tahun ini bahwa dia mengalami kesulitan keuangan karena meningkatnya biaya dan pengeluaran hukum.
Pekan lalu, juri yang beranggotakan delapan orang memerintahkan dia untuk membayar USD20 juta kepada petugas pemungutan suara di Georgia, Ruby Freeman dan putrinya Wandrea "Shaye" Moss.
Keduanya mengatakan klaim palsu Giuliani bahwa mereka merusak suara mempunyai dampak traumatis pada kehidupan mereka. Freeman mengatakan dia "harus selalu berhati-hati" karena masih ada ketakutan bahwa dia akan dikenali publik.
Freeman dan Moss juga dianugerahi lebih dari USD16 juta masing-masing untuk tekanan emosional. Pembayaran lain sebesar USD75 juta sebagai hukuman ganti rugi diperintahkan untuk dibagi di antara mereka.
"Saya tidak menyesali apa pun,” terang Giuliani saat berbicara kepada wartawan di luar pengadilan setelah dia diperintahkan untuk membayar sejumlah uang tersebut.
Pada Rabu (20/12/2023), seorang hakim memerintahkan dia untuk segera mulai membayar kedua wanita tersebut dan menyatakan kekhawatirannya bahwa dia mungkin tidak mematuhi keputusan tersebut.
Tidak jelas bagaimana dampak deklarasi kebangkrutan terhadap pembayaran, namun undang-undang kebangkrutan AS tidak mengizinkan pembubaran utang yang berasal dari "kerugian yang disengaja dan jahat" yang ditimbulkan pada pihak lain.
Pengajuan kebangkrutan mencantumkan hampir 20 kreditor, termasuk Freeman, Moss dan Hunter Biden yang menggugatnya pada September lalu.
Kreditor lainnya termasuk Internal Revenue Service (IRS), di mana ia berhutang pajak penghasilan lebih dari USD700.000, dan dua perusahaan perangkat lunak pemungutan suara yang menggugatnya atas klaim palsunya mengenai penipuan pemilu.
Firma hukum yang sebelumnya mewakili Bapak Giuliani, Davidoff Hutcher & Citron LLP, juga disertakan. Perusahaan tersebut menggugat Giuliani sebesar USD1,4 juta sebagai biaya hukum yang belum dibayar pada September lalu.
Giuliani masih menghadapi dakwaan di Georgia atas tuduhan pemerasan dan konspirasi serta tuntutan hukum sebesar USD10 juta oleh mantan rekan bisnisnya atas klaim pelecehan seksual.
(Susi Susanti)