LEBANON - Juru bicara Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon atau Unifil mendesak semua pihak untuk menahan diri, dengan mengatakan bahwa konflik yang lebih luas akan berdampak buruk bagi Israel dan Lebanon.
Hal ini terkait dengan pembunuhan wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dalam serangan pesawat tak berawak di Beirut pada Selasa (2/1/2024). Israel belum mengonfirmasi bahwa pihaknya bertanggung jawab.
Iran mengutuk pembunuhan Arouri, dan menteri luar negeri negara itu mengkritik Israel atas "operasi teroris pengecut" dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter.
Hamas dilaporkan telah mengatakan kepada mediator Mesir dan Qatar bahwa mereka menunda pembicaraan mengenai kemungkinan pembebasan lebih banyak sandera Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan Arouri.
Ada juga laporan di media Arab bahwa jadwal kunjungan delegasi Israel ke ibu kota Mesir telah ditunda.
Miri Eisin, pensiunan kolonel dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kepada BBC bahwa wakil Hamas itu "tinggal di jantung Dahiya, di jantung wilayah Hizbullah di Beirut" dan bahwa dia adalah "hubungan langsung antara Hamas dan Hizbullah".
Dia menambahkan bahwa meskipun dia merasa kasihan pada rakyat Lebanon mengenai risiko konflik besar-besaran dengan Israel, namun dia menilai penting untuk menangani “operasi teror”.
Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya masih sangat khawatir terhadap risiko konflik di Gaza yang menyebar ke wilayah yang lebih luas setelah kematian Arouri – ketakutan yang juga dirasakan oleh Menteri Luar Negeri Lebanon, yang mengatakan pemerintahnya telah mengimbau Hizbullah untuk tidak melakukan pembalasan.
“Kami sangat prihatin, masyarakat Lebanon tidak mau terseret, bahkan Hizbullah pun tidak mau terseret ke dalam perang regional,” kata Abdallah Bou Habib kepada BBC.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada Rabu (4/1/2024) bahwa Washington tidak diberi pemberitahuan sebelumnya mengenai serangan di Beirut yang menewaskan Arouri.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon mengatakan pihaknya juga sangat khawatir dengan potensi peningkatan kekerasan.
(Susi Susanti)