NEW YORK - Pada Senin (29/1/2024) pagi menjelang pertemuan di Pentagon dengan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengungkapkan “kemarahan dan kesedihannya” atas kematian tiga tentara AS.
“Izinkan saya memulai dengan kemarahan dan kesedihan saya atas kematian tiga tentara Amerika yang gagah berani di Yordania, dan atas tentara lainnya yang terluka,” kata Austin.
“Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS, dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela AS dan pasukan kami,” lanjutnya.
AS menegaskan kelompok milisi yang didukung Iran diduga kuat berada di balik serangan pesawat tak berawak yang mematikan tersebut, meskipun AS masih berupaya untuk menentukan kelompok mana yang secara khusus bertanggung jawab. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada Phil Mattingly dari CNN pada Senin (29/1/2024) bahwa Gedung Putih yakin kelompok itu didukung oleh Kataib Hezbollah, yang merupakan salah satu kelompok utama yang didukung Garda Revolusi IRGC di Irak dan Suriah.
“Serangan kali ini mempunyai konsekuensi mematikan yang tidak terjadi pada serangan-serangan sebelumnya, namun hal itu tidak berarti bahwa tujuan serangan-serangan sebelumnya juga tidak mematikan, hanya saja kami mampu mengalahkannya,” terangnya.
Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan pada Senin (29/1/2024) bahwa serangan itu mempunyai “sidik jari” Kataib Hizbullah.
Seperti diketahui, AS telah menyerang situs-situs di Irak yang terkait dengan kelompok tersebut dalam beberapa pekan terakhir, dan awal bulan ini menargetkan seorang anggota kelompok tersebut yang menurut seorang pejabat AS “berlumuran darah AS.”