NEW YORK – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menjanjikan tanggapan yang kuat terhadap serangan mematikan di pangkalan militer AS di Yordania pada Minggu (28/1/2024). Namun tantangan bagi AS adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara pencegahan dan eskalasi. Washington pun kini menghadapi dilema.
Gagal bertindak tegas dan hal ini berisiko mengirimkan pesan kelemahan yang hanya akan mendorong lebih banyak serangan. Bertindak terlalu keras akan memicu respons yang meningkat dari Iran dan sekutunya.
Jadi apa saja pilihannya? Dan bagaimana cara kerjanya? AS sudah memiliki sejumlah pilihan militer yang tersedia untuk dipilih. Dokumen ini disusun oleh Departemen Pertahanan AS dengan masukan intelijen dari CIA dan Badan Keamanan Nasional. Keputusan tersebut kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan Nasional AS dan pembuat kebijakan, dan presiden akan mengambil keputusan akhir dan menyetujui arah yang dipilih.
Opsi 1: Serang pangkalan dan komandan sekutu Iran
Ini adalah pilihan yang paling jelas dan pernah digunakan di masa lalu.
Terdapat sejumlah besar pangkalan, gudang senjata, dan depot pelatihan di Irak dan Suriah milik milisi yang didukung Iran. Milisi ini dilatih, diperlengkapi dan didanai oleh Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), namun tidak harus diarahkan oleh mereka.
AS tahu siapa mereka dan di mana mereka berada. Mereka dapat dengan mudah melakukan serangan rudal yang lebih presisi terhadap pangkalan-pangkalan tersebut – namun sejauh ini gagal untuk menghalangi milisi, yang telah melancarkan lebih dari 170 serangan terhadap pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut sejak 7 Oktober.
Tanggung jawab atas serangan itu telah diklaim oleh kelompok yang menamakan dirinya Perlawanan Islam di Irak.
Ini adalah istilah umum untuk sejumlah milisi yang didukung Iran, beberapa di antaranya, ironisnya, sebelumnya berperang di pihak yang sama dengan AS melawan musuh bersama mereka di kawasan ini yakni ISIS. Mereka memiliki tujuan yang sama dengan Iran, yaitu mengusir militer AS dari Irak dan Suriah dan menghukum AS atas dukungan militernya terhadap Israel.