NEW YORK – Amerika Serikat (AS) dan Irak telah mengadakan perundingan putaran pertama mengenai masa depan pasukan Amerika dan pasukan asing lainnya di negara tersebut. Baghdad memperkirakan diskusi tersebut akan mengarah pada batas waktu untuk mengurangi kehadiran mereka.
Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed Shia al-Sudani serta pejabat tinggi dari angkatan bersenjata Irak dan koalisi pimpinan AS bertemu di Bagdad pada Sabtu (27/1/2024).
Kantor Al-Sudani dalam sebuah pernyataan mengatakan komisi gabungan tersebut memulai putaran pertama dialog bilateral antara Irak dan Amerika Serikat untuk mengakhiri Koalisi di Irak.
“Para ahli militer akan mengawasi penghentian misi militer Koalisi Global melawan Daesh [ISIS], satu dekade setelah dimulainya dan setelah keberhasilan pencapaian misinya dalam kemitraan dengan pasukan keamanan dan militer Irak,” tambahnya.
Saat ini, terdapat sekitar 2.500 tentara AS yang masih dikerahkan di Irak sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk pada 2014 untuk membantu pemerintah Irak mengalahkan ISIS.
Amerika mengatakan tujuannya untuk membentuk sebuah komite untuk merundingkan syarat-syarat berakhirnya misi tersebut pertama kali dibahas tahun lalu.
Namun ketika perang Israel di Gaza meningkat, pasukan AS di Irak dan Suriah sering menghadapi serangan dari kelompok sekutu Iran, yang mengakibatkan serangan balasan AS dan keluhan Irak atas “agresi” AS terhadap wilayahnya.
Sejak ISIS kehilangan kendali di Irak, para pejabat menyerukan penarikan pasukan koalisi, terutama setelah serangan udara AS pada Januari 2020 yang menewaskan komandan tertinggi Iran Qassem Soleimani dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis di luar bandara Baghdad.