NEW YORK - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (6/2/2024) menuduh Rusia menembakan setidaknya sembilan rudal yang dipasok Korea Utara (Korut) untuk membombardir Ukraina.
Sedangkan Rusia menyebut Washington sebagai "kaki tangan langsung" dalam jatuhnya pesawat angkut militer Rusia pada bulan lalu.
Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia dan Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood saling melontarkan tuduhan tersebut pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina, yang diminta oleh Moskow.
“Sampai saat ini, Rusia telah meluncurkan rudal balistik yang dipasok DPRK terhadap Ukraina setidaknya sembilan kali,” kata Wood kepada Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara, menggunakan nama resmi Korea Utara yakni Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).
“Rusia dan DPRK harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, yang melemahkan kewajiban jangka panjang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB,” lanjutnya.
Baik Moskow maupun Pyongyang membantah tuduhan AS, namun berjanji pada tahun lalu untuk memperdalam hubungan militer. Rusia telah meningkatkan hubungan dengan Korea Utara dan negara-negara lain yang memusuhi AS seperti Iran sejak dimulainya perang dengan Ukraina. Hubungan kedua negara ini menjadi sumber kekhawatiran Barat.
Seperti diketahui. Il-76 Angkatan Udara Rusia jatuh dari langit pada 24 Januari lalu. Rusia mengatakan seluruh penumpang yang berjumlah 74 orang, termasuk 65 tentara Ukraina yang ditangkap dalam perjalanan untuk ditukar dengan tawanan perang Rusia, tewas, dan menyalahkan Kyiv atas jatuhnya pesawat tersebut.
“Kami memiliki bukti tak terbantahkan bahwa rudal permukaan-ke-udara Patriot digunakan untuk melakukan serangan tersebut, sehingga tidak ada keraguan bahwa Washington juga merupakan kaki tangan dalam kejahatan ini,” kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan.
Penyelidik Rusia mengatakan pekan lalu bahwa mereka memiliki bukti yang menunjukkan bahwa militer Ukraina menembak jatuh pesawat angkut militer tersebut dengan rudal permukaan-ke-udara Patriot buatan AS.
Rusia meminta DK PBB bertemu pada Selasa (6/2/2024) setelah mengatakan Ukraina menewaskan sedikitnya 28 orang ketika menggunakan roket yang dipasok Barat untuk menyerang sebuah toko roti dan restoran pada Sabtu (3/2/2024) di Ukraina timur yang dikuasai Rusia.
Diplomat senior Ukraina di PBB, Serhii Dvornyk, menuduh Rusia menyalahgunakan DK PBB untuk menyebarkan informasi palsu.
Wood mengatakan AS tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen dan menyalahkan kurangnya pemberitaan media independen, namun ia menyesalkan banyaknya korban sipil.
“Untuk lebih jelasnya, Rusia adalah satu-satunya agresor dalam perang ini, dan satu-satunya yang dapat mengakhiri perang ini saat ini,” tegasnya.
(Susi Susanti)