Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu mengatakan bahwa sertifikasi Sirekap hanya didapatkan dari Kemkominfo bukan institusi yang lebih kompeten seperti BRIN. Belum lagi sertifikasi hanya mencakup aplikasi dan tidak terhadap sumber daya manusia atau operatoe yang menjakankan.
"Oleh karena itu, menjadi tidak aneh kalau banyak sekali 'anomali' seperti seringnya angka salah dipindai misalnya 1 menjadi 7 atau bahkan 4, juga penambahan desimal yang membuat jumlahnya fantastis sampai ribuan, padahal lazimnya 1 TPS hanya berkapasitas 300 orang," jelas dja.
"Tuduhan adanya 'algoritma sisipan' seperti yang disampaikan berbagai pihak-pun menjadi tidak bisa dihindari, karena 'kesalahan' ini terjadi secara nyaris seperti TSM (Terstruktur Sistematis Masif) di banyak tempat, tidak hanya hitungan jari," pungkasnya.
(Arief Setyadi )