Guterres mengutuk insiden tersebut dan mengatakan warga sipil yang putus asa membutuhkan bantuan segera.
"Saya mengutuk insiden pada Kamis (29/2/2024) di Gaza di mana lebih dari 100 orang dilaporkan tewas atau terluka saat mencari bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” tulis Guterres di media sosial.
“Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara di mana PBB belum dapat memberikan bantuan selama lebih dari seminggu,” lanjutnya.
Di sisi lain, Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letkol Peter Lerner mengatakan beberapa warga sipil mendekati pos pemeriksaan dan mengabaikan tembakan peringatan yang dilakukan tentara di sana.
Militer Israel mengatakan pasukannya menembaki beberapa orang yang mereka anggap sebagai ancaman. Khawatir bahwa beberapa warga sipil dapat menimbulkan ancaman, tentara kemudian menembaki mereka yang mendekat, yang digambarkan oleh Letkol Lerner sebagai "respon terbatas".
Sementara itu, krisis pangan juga terjadi di sudut Gaza Utara lainnya. Pasukan Israel memborbardir toko roti di sana sehingga warga terpaksa memakan kaktus.
Roti akan sangat penting bagi upaya berkelanjutan untuk meringankan kelaparan warga Palestina. Satu dari enam anak di Gaza utara mengalami kekurangan gizi karena kekurangan gizi, namun sebagian besar toko roti berada di reruntuhan akibat pemboman Israel dan pengiriman bantuan berupa tepung jarang terjadi.
"Kami memiliki lima toko roti. Toko roti ini dibom dan toko roti lainnya telah dirusak. Kami memiliki tiga toko roti yang bisa berfungsi," kata Ajour, melansir Reuters, Sabtu (2/3/2024).