HAITI – Kekerasan di Haiti, negara termiskin di Benua Amerika, semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Kerusuhan dan kekerasan yang membayangi Haiti ini dipicu karena maraknya geng-geng kriminal menguasai hampir 80% wilayah di ibu kota Port-au-Prince.
Tujuan mereka satu yakni menggulingkan Perdana Menteri (PM) Ariel Henry.
Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada Kamis (29/2/2024), ketika PM melakukan perjalanan ke Nairobi untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti.
Pemimpin geng Jimmy Chérizier yang dijuluki ’Barbecue’ mengumumkan serangan terkoordinasi untuk menyingkirkannya.
Saat Henry berada di Kenya, geng criminal atas komando Jimmy, melakukan serangan, menyerang kantor polisi dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti.
“Kita semua, kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, bersatu,” kata Jimmy yang juga mantan petugas polisi, yang diduga berada di balik beberapa pembantaian di Port-au-Prince, dikutip BBC.
Gelombang penembakan menyebabkan empat petugas polisi tewas dan lima lainnya luka-luka.
Sekitar selusin orang tewas dalam serangan terhadap penjara tersebut. Sekitar 4.000 narapidana melarikan diri dan masih berkeliaran.
Di antara mereka yang ditahan di penjara di Port-au-Prince adalah tersangka yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada 2021.