Banjir Bandang Terjang Nyalindung KBB, 15 Rumah dan 3 Jembatan Rusak

Ferry Bangkit Rizki, Jurnalis
Rabu 27 Maret 2024 18:19 WIB
Jembatan di Desa Nyalindung, Cipatat, KBB rusak diterjang banjir (Foto: MPI/Ferry)
Share :

BANDUNG BARAT - Banjir bandang menerjang Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Rabu (27/3/2024) dini hari. Banjir diakibatkan Sungai Cimeta yang meluap usai diguyur hujan.

Terjangan air disertai lumpur itu setidaknya mengakibatkan 15 rumah rusak parah dan 1 jembatan terputus, dan 2 jembatan lainnya rusak yang tersebar di RW 13, RW 03 dan RW 14. Ketinggian banjir yang menerjang pemukiman itu mencapai ketinggian 40-80 centimeter.

"Kejadian sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, saya posisinya sedang tidur, tiba-tiba terbangun suara berisik di luar dan liat air sudah ada di bawah kasur. Ternyata di luar tetangga sudah ramai bilang ada banjir," ungkap Imas (38) di lokasi.

 BACA JUGA:

Air dengan cepat masuk ke dalam rumahnya hingga ketinggian 80 centimeter. Melihat hal itu, seluruh penghuni rumah dievakuasi ke tempat aman. Sebagian barang-barang elektronik sempat dipindahkan, namun permukaan air banjir cepat naik sehingga tak bisa diselamatkan.

"Habis semua, kasur, barang elektronik, mobil juga terendam," ucap Imas.

Sekretaris Desa Nyalindung Asep Hidayat mengatakan bencana banjir bandang iru setidaknga merusak rumah, fasilitas umum jembatan, hingga satu sekolah SDN Nyalindung.

"Total ada 15 rumah yang terdampak, tersebar di 3 RW. Rata-rata tembok jebol akibat air dan membawa sampah serta lumpur," terang dia.

 BACA JUGA:

Menurutnya, imbas banjir sebanyak 30 kelapa keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah kerabat. Mayoritas rumah yang hancur merupakan hunian yang berdiri tak jauh dekat dengan Sungai Cimeta. Adapun jembatan terputus karena tergerus arus sungai terletak di Kampung Guha Mulaya RT 02 RW 14.

"Imbas jembatan terputus warga harus memutar jalan sekitar 3 kilometer. Selain satu jembatan putus, dua jebatan lain di Kampung Cibarengkok RW 13 dan Kampung Tonjong RW 02 rusak berat, pondasinya tergerus, tapi masih bisa dilewati cuma sangat rawan," bebernya.

Asep menerangkan banjir bandang sungai Cimeta memang langganan terjadi tiap 5 tahun sekali. Jika membandingkan dengan tahun sebelumnya, banjir kali dianggap paling parah karena debit air lebih besar dan dampaknya meluas.

"Memang langganan tiap 5 tahun, tapi yang sekarang paling besar. Karena kena juga ke rumah-rumah warga yang posisinya di atas," pungkas Asep.

(Salman Mardira)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya