Dalam perang 10 November 1945, kiai ini lebih banyak berurusan dengan senjata-senjata yang digunakan oleh rakyat Indonesia, yakni bambu runcing. Kata Gus Latif, sebelum berangkat perang, sejumlah bambu runcing yang digunakan untuk berparang dicelupkan air oleh Kiai Muhaminah. Air tersebut sebelumnya telah diberi lantunan doa atau asma’.
"Sebelum perang Kiai ini mengasma’i air dan kemudian bambu runcing dan sejata yang digunakan saat perang dicelupkan," katanya.
Hingga saat ini pondok pesantren tempat Kiai Muhaiminah masih ada dan nama bambu runcing diabadikan sebagai nama ponpes tersebut di daerah Parakan, Teman.
(Qur'anul Hidayat)