ISRAEL - Paska serangan Iran dengan meluncurkan serangan ratusan drone dan rudal ke Israel, situasi konflik di Timur Tengah menjadi semakin memanas dan berpotensi untuk mengalami eskalasi regional.
Mengutip Reuters, ada lima anggota Kabinet perang Netanyahu yang lebih memilih untuk melaksanakan tindakan pembalasan terhadap Iran. Serangan yang dilaksanakan Iran ini tentunya dikecam oleh negara-negara dari G7, mengingat dapat menimbulkan resiko eskalasi regional yang tidak terkendali. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah menegaskan bahwa pihak Amerika Serikat tidak akan ikut membantu Israel jika rencana pembalasan terhadap Iran tetap dilaksanakan.
Seperti diketahui, Iran meluncurkan serangannya terhadap Israel pada Sabtu (13/04/2024) malam dengan meluncurkan ratusan drone dan rudal. Serangan yang dilaksanakan oleh Iran memiliki tujuan sebagai tanggapan atas dugaan serangan Israel terhadap konsulat Iran pada tanggal 1 April di Suriah yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam IRGC serta dua jenderal IRGC.
Serangan ratusan drone dan rudal yang diarahkan ke wilayah Israel dapat dengan mudah diatasi oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel yang juga dibantu oleh AS, Inggris, Prancis, dan Yordania. Tanpa menargetkan misil-misil tersebut ke wilayah tertentu milik Israel tidak akan terlalu memberikan dampak dan kerusakan yang parah. Oleh karena itulah, hal ini menjadi pertimbangan bagi Israel dalam melancarkan respons militer terhadap Iran.
Biden memberikan pernyataan kepada Netanyahu bahwa Israel telah menunjukkan kapasitas luar biasa untuk bertahan melawan dan mengalahkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dikutip The Times of Israel, pernyataan ini mengirimkan pesan yang jelas kepada musuh-musuhnya bahwa mereka tidak dapat secara efektif mengancam keamanan Israel.
Biden tidak memiliki intensi untuk membahas lebih lanjut mengenai bagaimana tanggapan Israel serta kemungkinan akan adanya keterlibatan AS. Berdasarkan laporan The New York Times dikutip The Times of Israel, Biden menghalangi Netanyahu dalam menyetujui serangan balasan untuk Iran. Dikatakan dalam laporan tersebut bahwa terdapat beberapa anggota kabinet perang Israel yang mendukung aksi pembalasan tersebut. Namun selain adanya pembicaraan antara Biden dengan Netanyahu, dengan pertimbangan bahwa dampak yang ditimbulkan Iran tidak terlalu serius terhadap Israel menyebabkan tindakan tersebut dibatalkan.
Terdapat alasan mengapa Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat enggan untuk membantu Israel dalam melawan balik Iran. Seorang pejabat senior pemerintah AS menyampaikan bahwa AS sangat berhati-hati untuk tidak menyampaikan kepada Israel bahwa mereka menentang tanggapan militer Israel terhadap Iran. Walaupun begitu, AS akan terus mendukung dan membela namun tidak akan mengambil bagian dalam respons Israel.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Korby menyampaikan dalam salah satu program siaran berita milik ABC bahwa AS memiliki komitmen yang sangat kuat untuk membela Israel serta dalam membantu Israel mempertahankan diri. Namun pernyataan berikutnya dari juru bicara tersebut dapat menjadi alasan mengapa AS tidak mau terlibat dalam aksi apapun yang berhubungan dengan pembalasan terhadap Iran.
“Dan seperti yang telah berulang kali dikatakan oleh presiden, kami tidak menginginkan perang yang lebih luas di kawasan ini. Kami tidak ingin berperang dengan Iran. Dan saya pikir saya akan berhenti di situ saja. Kami tidak menginginkan peningkatan ketegangan di kawasan ini, kami tidak menginginkan konflik yang lebih luas,” tambah Kirby, dikutip The Times of Israel.
Dukungan AS terhadap Israel tidak akan pernah berhenti namun AS tetap berupaya untuk mendorong Israel agar menahan diri dari melakukan tindakan yang lebih beresiko meningkatkan ancaman peperangan di tingkat regional. Tindakan Biden ini mencerminkan bahwa AS secara perlahan sedang berupaya untuk mengurangi intensitas perang Israel-Hamas di Gaza yang dimana sudah memasuki bulan ketujuh serta bertujuan untuk berbuat lebih banyak dalam melindungi kehidupan warga sipil di wilayah tersebut.
(Susi Susanti)