NEW YORK - Akhhir-akhir ini sedang ramainya gerakan protes pro-Palestina di kalangan mahasiswa yang dilakukan di banyak universitas ternama Amerika Serikat (AS).
Banyak mahasiswa berbondong-bondong melakukan gerakan protes di depan halaman kampus mereka dan juga membangun tenda untuk tetap tinggal melakukan protes di depan halaman kampus. Hal ini didorong oleh situasi perang Israel dengan Hamas di Gaza yang menimbulkan banyak korban jiwa dari pihak Palestina dan hingga saat ini belum ada tindakan khusus untuk setidaknya menurunkan ketegangan perang.
Gerakan protes oleh mahasiswa ini mengundang perhatian Netanyahu yang kemudian berkomentar melalui sebuah video yang diupload di akun sosial media X miliknya. “Massa anti semitisme telah mengambil alih universitas-universitas terkemuka. Mereka menyerukan pemusnahan Israel. Mereka menyerang fakultas Yahudi. Hal ini mengingatkan kita pada apa yang terjadi di universitas-universitas Jerman pada tahun 1930-an,” kata Netanyahu pada sebuah video, dikutip The Guardian.
Komentar Netanyahu ini kemudian mendapat perhatian dari Bernie Sanders yang merupakan senator AS dari Vermont. Sebelumnya Bernie Sanders merupakan seorang Yahudi. Beliau lahir pada tanggal 8 September 1941 dari keluarga Yahudi kelas pekerja dan tinggal di Brooklyn, New York City. Sanders berkuliah di Universitas Chicago dan lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang ilmu politik pada tahun 1964.
Semasa kuliahnya, Sanders sangat aktif dalam kegiatan aktivisme komunitas. Mengutip Wikipedia, saat Sanders berkuliah di Chicago, Beliau bergabung dalam Young People’s Socialist League (afiliasi pemuda dari Partai Sosialis Amerika) serta aktif dalam gerakan hak-hak sipil sebagai mahasiswa di Kongres Kesetaraan Rasial (CORE) dan Komite Koordinasi Non-Kekerasan Mahasiswa (SNCC).
Sanders pernah terlibat dalam aksi protes terhadap kebijakan kampus yang memisahkan perumahan kampus milik mahasiswa berkulit putih dan mahasiswa berkulit gelap. Beliau bersama dengan 32 mahasiswa lainnya kemudian masuk ke dalam gedung dan berkemah di luar kantor presiden universitas George Wells Beadle. Upaya Sanders bersama mahasiswa lainnya membuahkan hasil yaitu diakhirinya segregasi rasial di perumahan universitas swasta pada musim panas 1963.
Kembali pada permasalahan komentar Netanyahu, Sanders balik berkomentar dengan menuduh Netanyahu menghina kecerdasan rakyat Amerika dengan menggunakan antisemitisme untuk mengalihkan perhatian dari kebijakan pemerintahan ekstrimis dan rasis di Israel. Sanders pun membalas di video yang diupload melalui X.
“Tidak, Tuan Netanyahu, bukanlah antisemit atau pro-Hamas jika menyatakan bahwa, dalam waktu enam bulan lebih, pemerintahan ekstremis Anda telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 78.000 orang, 70% diantaranya adalah perempuan dan anak-anak," terangnya.
Melalui video komentar Bernie Sanders ini, dapat disimpulkan bahwa beliau menekankan makna sebenarnya dari antisemitisme yaitu bentuk kefanatikan yang keji dan menjijikan yang telah menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap jutaan orang. Melihat bagaimana pemerintahan Israel yang ekstrem dan rasis, Bernie merasa bahwa pihak Israel, khususnya Netanyahu, tidak berhak untuk menyimpulkan bahwa universitas-universitas AS dikuasai oleh antisemitisme.
Sejak dimulainya penyerangan balasan Israel di Gaza pada bulan Oktober lalu, telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 34.000 warga Palestina, 78.000 orang mengalami luka parah, dan kerusakan parah pada infrastruktur di Gaza seperti rumah sakit, universitas dan sekolah, serta terbunuhnya lebih dari 400 petugas kesehatan.
Bahkan Israel menutup akses bagi bantuan kemanusiaan yang dikirim AS untuk warga Palestina. “Tapi tolong, jangan menghina kecerdasan rakyat Amerika dengan mencoba mengalihkan perhatian kami dari kebijakan tidak bermoral dan ilegal dari pemerintahan Anda yang ekstrem dan rasis. Bukanlah antisemit jika meminta pertanggungjawaban Anda atas tindakan Anda,” ujar Sanders melalui video tersebut.
(Susi Susanti)