Operasi tersebut didukung oleh satelit relai Queqiao-2. Media pemerintah Tiongkok menggambarkan keberhasilan pendaratan tersebut sebagai momen bersejarah.
Stasiun penyiaran pemerintah mengatakan tepuk tangan meriah di Pusat Kontrol Penerbangan Dirgantara Beijing ketika pesawat pendarat Chang’e mendarat di Bulan pada Minggu (2/6/2024) pagi.
Pendarat tersebut harus menghabiskan waktu hingga tiga hari untuk mengumpulkan material dari permukaan dalam operasi yang menurut CNSA akan melibatkan banyak inovasi teknik, risiko tinggi, dan kesulitan besar.
“Semua orang sangat gembira karena kita bisa melihat bebatuan yang belum pernah dilihat orang sebelumnya,” jelas Profesor John Pernet-Fisher, pakar geologi bulan di Universitas Manchester, dikutip BBC.
Dia telah menganalisis batuan bulan lainnya yang dibawa kembali oleh misi Apollo Amerika dan misi Tiongkok sebelumnya.
Namun dia mengatakan kesempatan untuk menganalisis batuan dari area berbeda di Bulan dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang bagaimana planet terbentuk.
Sebagian besar batuan yang dikumpulkan sejauh ini adalah batuan vulkanik, mirip dengan yang mungkin bisa temukan di Islandia atau Hawaii.
Namun materi di sisi jauh akan memiliki sifat kimia yang berbeda.
“Ini akan membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan besar, seperti bagaimana planet terbentuk, mengapa kerak bumi terbentuk, dari mana asal usul air di tata surya?,” tambah profesor itu.
(Susi Susanti)