Di dalam Carita Parahyangan, tokoh Dewa Niskala atau Ningrat Kañcana ini tidak disebutkan namanya, tetapi dikatakan sebagai Tohaan di Galuh (= Yang Dipertuan di Galuh). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampai pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan Sunda masih terletak di Galuh, tepatnya di sekitar kota Kawali sekarang.
Pada Carita Parahyangan sendiri sang raja juga disebutkan masih mempunyai anak bernama Niskala Wastu Kencana. Tokoh inilah yang juga dikenal pada prasasti Kawali, Kebantenan, dan Batutulis, walaupun dengan nama yang agak berbeda.
Ketika peristiwa Bubat terjadi, Wastu Kañcana masih kecil, sehingga pemerintahan untuk sementara diserahkan kepada pengasuhnya yang bernama Hyang Bunisora, yang kemudian bertindak seolah-olah ia sendirilah raja yang sah di Sunda. Berdasarkan perhitungan masa pemerintahan yang termuat di dalam Carita Parahyangan, dengan berpegang kepada tahun 1579 M, sebagai tahun keruntuhan Kerajaan Sunda. Alhasil dapat disimpulkan bahwa Hyang Bunisora berkuasa selama 14 tahun, dan bukan enam tahun berkuasa.
(Angkasa Yudhistira)