ISRAEL - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan “fase intens” memerangi Hamas di Gaza hampir berakhir, sehingga pasukan Israel dapat bergerak ke perbatasan utara dengan Lebanon untuk menghadapi sekutunya, Hizbullah.
Dalam wawancara pertamanya dengan media Israel sejak dimulainya perang pada bulan Oktober, Netanyahu mengatakan dia memperkirakan operasi darat di kota Rafah di Gaza selatan akan segera selesai.
Namun dia menekankan bahwa bukan berarti perang akan segera berakhir, tindakan terus berlanjut sampai Hamas benar-benar digulingkan dari kekuasaan.
Netanyahu juga menekankan jika pihaknya bisa mengatasi meningkatnya permusuhan dengan Hizbullah, yang telah menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.
“Kami dapat berperang di beberapa lini dan kami siap melakukan hal itu,” terangnya.
Hizbullah telah meluncurkan rudal, roket, dan drone ke Israel utara untuk mendukung Hamas sejak sehari setelah serangan 7 Oktober di Israel selatan, ketika orang-orang bersenjata dari Gaza menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Lebih dari 37.620 orang telah terbunuh di Gaza selama kampanye militer yang dilancarkan Israel sebagai tanggapannya, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah Palestina.
Netanyahu menyatakan dalam wawancaranya dengan Channel 14 TV Israel pada Minggu (23/6/2024) bahwa operasi tujuh minggu Israel di Rafah yang telah membuat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi akan menjadi serangan besar terakhir dalam perang tersebut.
“Fase intens pertempuran melawan Hamas akan segera berakhir,” katanya.
“Ini tidak berarti bahwa perang akan segera berakhir, namun perang dalam fase intensnya akan segera berakhir di Rafah,” lanjutnya.
“Pasukan Israel akan terus memotong rumput sepanjang waktu. Kami tidak akan menyerah,” tambahnya.
Netanyahu juga mengatakan dia siap untuk melakukan kesepakatan parsial yang akan menjamin pembebasan 116 sandera yang masih disandera, 41 di antaranya diperkirakan tewas, tetapi dia berkomitmen untuk menyelesaikan tujuan menghancurkan Hamas.
Hamas, yang menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel sebagai bagian dari kesepakatan apa pun, mengatakan komentar tersebut menunjukkan “penolakan yang jelas” dari perdana menteri terhadap proposal yang digariskan bulan lalu oleh Presiden AS Joe Biden dan didukung oleh Dewan Keamanan PBB.
Tahap pertama dari rencana tersebut, yang menurut Biden diajukan oleh Israel, akan berlangsung selama enam minggu dan mencakup gencatan senjata sementara yang akan mengakibatkan pembebasan beberapa sandera. Tahap kedua adalah pembebasan semua sandera yang masih hidup melalui penghentian permusuhan secara permanen, dan tahap terakhir harus melalui negosiasi lebih lanjut.
(Susi Susanti)