BANGKOK – Thailand telah memperluas skema masuk bebas visa ke 93 negara dan wilayah sebagai upaya untuk merevitalisasi industri pariwisatanya.
Pengunjung dapat tinggal di negara Asia Tenggara hingga 60 hari berdasarkan skema baru yang mulai berlaku pada Senin (15/7/2024).
Sebelumnya, pemegang paspor dari 57 negara diperbolehkan masuk tanpa visa.
Pariwisata adalah pilar utama perekonomian Thailand, namun belum sepenuhnya pulih dari pandemi.
Thailand mencatat 17,5 juta kedatangan wisatawan asing dalam enam bulan pertama tahun 2024, naik 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data resmi. Namun, angkanya tidak seberapa jika dibandingkan dengan angka sebelum pandemi.
Pengunjung terbanyak berasal dari Tiongkok, Malaysia, dan India.
Pendapatan pariwisata pada periode yang sama mencapai 858 miliar baht (USD23,6 miliar) kurang dari seperempat target pemerintah.
Jutaan wisatawan berduyun-duyun ke Thailand setiap tahun untuk mengunjungi kuil emas, pantai berpasir putih, pegunungan indah, dan kehidupan malamnya yang semarak.
Revisi peraturan bebas visa adalah bagian dari rencana yang lebih luas untuk meningkatkan pariwisata.
Pada Senin (15/7/2024) juga, Thailand memperkenalkan visa lima tahun baru untuk pekerja jarak jauh, yang memungkinkan pemegangnya untuk tinggal hingga 180 hari setiap tahunnya.
Negara ini juga akan mengizinkan pelajar yang berkunjung, yang memperoleh gelar sarjana atau lebih tinggi di Thailand, untuk tinggal selama satu tahun setelah lulus untuk mencari pekerjaan atau bepergian.
Pada bulan Juni, pihak berwenang mengumumkan perpanjangan keringanan biaya operasional pelaku bisnis perhotelan selama dua tahun lagi. Mereka juga membatalkan usulan biaya pariwisata bagi pengunjung yang terbang ke negara tersebut.
Namun beberapa pemangku kepentingan khawatir bahwa infrastruktur negara ini mungkin tidak mampu memenuhi permintaan wisatawan.
“Jika semakin banyak orang yang datang, itu berarti negara secara keseluruhan harus menyiapkan sumber daya untuk menyambut mereka,” kata Kantapong Thananuangroj, presiden Asosiasi Promosi Pariwisata Thailand.
“Jika tidak, [para wisatawan] mungkin tidak akan terkesan dengan pengalaman yang mereka alami di Thailand dan kita mungkin tidak akan mendapat kesempatan kedua,” lanjutnya.
Chamnan Srisawat, presiden Dewan Pariwisata Thailand, mengatakan ia memperkirakan akan terjadi kemacetan lalu lintas udara karena jumlah penerbangan yang masuk mungkin tidak bertambah tepat waktu untuk memenuhi permintaan para pelancong.
Beberapa orang juga menyuarakan keprihatinan akan keselamatan setelah adanya rumor bahwa turis telah diculik dan dikirim melintasi perbatasan untuk bekerja di pusat penipuan di Myanmar atau Kamboja.
Penembakan fatal di pusat perbelanjaan paling terkenal di Bangkok tahun lalu juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengunjung.
(Susi Susanti)