Kisah Perang Saudara Pasukan Siliwangi Vs Panembahan Senopati di Surakarta, Jenderal Soedirman Marah Besar

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 18 Juli 2024 07:29 WIB
Pasukan Siliwangi
Share :

PASUKAN Siliwangi yang dibentuk setelah gagalnya Perjanjian Linggarjati pernah terlibat pertempuran sengit dengan tentara Panembahan Senopati di Surakarta pada 1948. Perang saudara itu sontak membuat Panglima Besar Jenderal Soedirman marah besar.

Pasukan Siliwangi yang dibentuk pada 20 Mei 1946, kekuatannya sangat diperhitungkan pada masa revolusi fisik yang berlangsung hingga 1949. Diambil dari nama pimpinan Kerajaan Pajajaran Prabu Siliwangi, pasukan ini terdiri dari Tentara Keamanan Rakyat Komandemen Jawa Barat (Jabar) dan para laskar rakyat.

Setelah terusir dari Jakarta dan Jawa Barat akibat agresi militer I Belanda, pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah.

Nah di Surakarta atau Solo pada, 13 September 1948, pasukan Siliwangi pernah terlibat kontak senjata besar-besaran dengan tentara Panembahan Senopati, salah satu pasukan dalam Komando Pertempuran Daerah Surakarta yang pimpinan Mayor Ignatius Slamet Rijadi.

 BACA JUGA:

Pasukan bersyal merah Brigade VII Tentara Laut Republik Indonesia (TLRI) dari Komando Pertempuran Panembahan Senopati, melancarkan serangan ke kawasan Solo Balapan, di mana terdapat Brigade XII/Siliwangi bermarkas.

Anak-anak Siliwangi di bawah komando Kapten Oking lantas melakukan perlawanan alot. Para petarung maung lain yang awalnya bertugas sebagai keamanan Pekan Olahraga Nasional I di Stadion Sriwedari, sebagian dikerahkan membantu perlawanan anak buah Kapten Oking.

Pasukan Panembahan Senopati gagal menghabisi Siliwangi dan sukses dipaksa mundur pada 14 September dini hari. “Pertempuran sengit itu menimbulkan 14 orang korban,” ungkap Soe Hok Gie di bukunya, ‘Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan’.

Kabar meletusnya perang saudara Siliwangi vs Panembahan Senopati itu tentu sampai pula ke telinga Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Soedirman. Ketika dimintai penjelasan kepada Letkol Sadikin, Komandan Brigade II KRU (Kesatuan Reserve Umum) Siliwangi, sempat terjadi perdebatan yang tidak mengenakkan antara Sadikin dan Jenderal Soedirman.

 BACA JUGA:

Dari informasi yang bertebaran, Jenderal Soedirman yang datang ke Loji Gandrung (kini Rumah Dinas Wali Kota Solo) mempertanyakan soal sejumlah aksi penculikan yang terjadi di Solo, hingga terjadinya kesalahpahaman antara Pasukan Siliwangi dan Panembahan Senopati.

Adu Mulut Jenderal Soedirman dan Letkol Sadikin

Pangsar Jenderal Soedirman juga sempat menuding salah satu perwira Siliwangi berjuluk “Begundal Karawang” Mayor Lukas Kustaryo dan anak buahnya, terlibat penculikan perwira-perwira Panembahan Senopati, termasuk Kolonel Soetarto.

Begini perdebatan Soedirman dan Sadikin terkait hal itu sebagaimana termaktub di buku ‘Ignatius Slamet Rijadi: Dari Mengusir Kempeitai sampai Menumpas RMS’ karya Julius Pour:

Pangsar Jenderal Soedirman: Jangan pikir apa-apa dulu, kecuali satu, bagaimana perasaanmu sebagai tentara jika perwiramu jadi korban penculikan?

Letkol Sadikin: Tentu saja saya sangat marah dan tidak senang. Saya pasti akan menuntut balas.

 BACA JUGA:

Soedirman: Memang, semua juga tidak ada yang senang. Oleh karena itu bebaskan saja para perwira yang sudah terlanjur kau tahan.

Sadikin: Maaf Panglima, saya sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai penculikan. Saya juga tidak punya informasi sedikit pun mengenai persoalan yang diributkan. Justru dengan adanya perintas kepada saya untuk membebaskan, saya sudah merasa dituduh terlibat aksi penculikan dan dimintai bertanggung jawab. Apa kesalahan saya dan anak buah saya? Pokoknya, Siliwangi tidak pernah melakukan penculikan!

Soedirman: Slamet Rijadi anak saya!

Sadikin: Lantas..., saya anak siapa?

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya