JAKARTA - Masyarakat tengah dihebohkan dengan isu gempa dan tsunami di zona megathrust. Meskipun, hal ini harus dijadikan kewaspadaan mengingat sejarah telah mencatat bahwa gempa dan tsunami pernah terjadi di zona megathrust.
Badan Geologi pun mencatat ada beberapa zona megathrust aktif diantaranya yang membentang di barat Pulau Sumatra, selatan Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara, atau lebih dikenal sebagai Busur Sunda. Bahkan, berdasarkan catatan Badan Geologi selama tahun 2022 hingga 2024 telah terjadi beberapa kejadian gempa bumi di selatan Jawa yang berkaitan dengan aktivitas pada zona penunjaman megathrust maupun intraslab di Busur Sunda.
“Zona megathrust dan intraslab Busur Sunda yang terletak di selatan Jawa saat ini cukup aktif yang dibuktikan dengan sering terjadi gempa bumi. Gaya tektonik yang bekerja secara terus-menerus pada zona penunjaman tersebut tentu akan menjadi penumpukan energi dan suatu ketika energi tersebut akan dilepas menjadi gempa bumi,” ungkap Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid dalam Webinar Waspada Gempa Megathrust, Selasa (20/8/2024).
Wafid pun mengungkapkan, berdasarkan catatan-catatan yang dibuat oleh Badan Geologi seperti kejadian gempa bumi di selatan Pulau Jawa setelah tahun 1900 pernah terjadi pada tahun 1903 (M7,9), 1921 (M7,3), tahun 1937 (M7,2), tahun 1994 (M7,8) dan 2007 (M7,7).
“Artinya dari catatan setelah tahun 1900 ini belum pernah terjadi di (M) 8 artinya 7,2 sampai 7,9 paling besar,” katanya.
Lebih lanjut, Wafid mengatakan bahwa berdasarkan perhitungan para ahli skenario terburuk potensi gempa di zona megathrust Busur Sunda bisa mencapai kekuatan Magnitudo 8.
“Menurut perhitungan para ahli kebumian, gempa bumi bersumber dari zona penunjangan Busur Sunda terutama dari zona megathrust di selatan Jawa diperkirakan kekuatannya mencapai M8, sehingga diperkirakan berpotensi terjadi tsunami,” tuturnya.
Wafid mengatakan, data tersebut dipergunakan sebagai masukan dalam melakukan pemodelan bahaya gempa bumi dan tsunami dengan kondisi kasus terburuk guna mendukung upaya mitigasi gempa bumi dan juga upaya mitigasi terhadap bencana tsunami.
“Dan hal ini juga telah dilakukan oleh Badan Geologi di dalam menyusun peta kawasan rawan bencana gempa bumi atau KRBG dan juga peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami atau KRBT,” pungkasnya.
(Awaludin)