Pasca pertemuan itu, kedua pasukan menyatukan kekuatan hingga menuju utara Gunung Lawu melalui Jogorogo, yang kini masuk Ngawi. Serangan-serangan yang sebelumnya gagal, pada serangan keempat akhirnya berhasil ditaklukkan.
Penaklukkan Ponorogo oleh Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa membuat berhasil menyita harta benda milik sang penguasa di sana. Harta benda milik Surodiningrat lantas dikumpulkan dan ditawarkan ke Pangeran Bali, dengan imbalan permintaan bantuan.
Setelah menguasai Ponorogo, Mas Said menunjuk bupati dan jajaran penguasa baru bagi daerah ini. Namun demikian, sejatinya hak pengangkatan tersebut dimiliki oleh Mangkubumi, yang sesungguhnya dihormati oleh Mas Said sebagai orang yang kontra raja.
Ketika kemudian Mangkubumi membatalkan pengangkatan yang dilakukan oleh Mas Said tersebut, terjadi perselisihan di antara keduanya. Di Ponorogo, terdapat cerita rakyat yang muncul tentang pertentangan kedua pemimpin tersebut.
Menurut narasi cerita tersebut, pertentangan keduanya terjadi setelah Mas Said tidak menawarkan dua perempuan atau penari bedaya, yang ditangkapnya di Ponorogo, yakni Ismoyowati atau Pun Saripi dan Marioněng atau Pun Sampět, kepada sang ayah mertua Mangkubumi.
(Arief Setyadi )