Setelah momen Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Hamid Rusdi direkrut menjadi Badan Keamanan Rakyat atau yang saat ini disebut TNI.
Selama karir militernya Hamid Rusdi mendapatkan pangkat Letnan Kolonel. Namun pada 1948, atas alasan efisiensi keuangan negara, pangkatnya turun menjadi Mayor. Setahun berselang Hamid Rusdi kembali ikut dalam pertempuran Agresi Militer Belanda II.
Pada pertempuran ini Hamid Rusdi memimpin kelompok pejuang bernama Gerilya Rakyat Kota (GRK). Dari kelompok inilah bahasa walikan atau bahasa terbalik mulai digunakan. Tujuannya adalah untuk mengelabui mata-mata dari Belanda.
"Jadi contohnya apabila ingin bicara bagus sekali atau apik sekali diganti jadi kipa ilakes. Bahasa walikan ini untuk mengelabui Belanda saat itu," ucap pria yang pernah menjabat sebagai sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).