Harga Barang Hingga Tiket Pesawat Turun Buat China Ketar-Ketir, Ada Apa?

Rahman Asmardika, Jurnalis
Jum'at 17 Januari 2025 10:05 WIB
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Share :

Menurut laporan tersebut, Presiden China Xi Jinping bertanya kepada para penasihatnya tentang karakteristik deflasi. Setelah mengetahui bahwa deflasi melibatkan penurunan harga, ia diduga menjawab, "Apa yang salah dengan deflasi? Bukankah orang akan lebih bahagia jika barang menjadi lebih murah?"

Pertanyaan Xi Jinping yang dilaporkan WSJ itu menarik perbandingan dengan penguasa China di masa lalu, Kaisar Hui dari Jin, yang menanggapi laporan tentang kelaparan dengan bertanya "Mengapa mereka tidak makan daging saja?"

Tidak diketahui apakan pertanyaan itu benar-benar diajukan oleh Xi atau hanya merupakan lelucon dari WSJ, tetapi ini bisa menunjukkan potensi kesalahapahaman, terutama di publik, terhadap konsekuensi negatif dari deflasi.

Menurut paparan WSJ, terdapat dua jenis deflasi: deflasi struktural dan deflasi yang didorong oleh utang. Para ahli memperingatkan Xi bahwa masalah saat ini adalah deflasi yang didorong utang, mirip dengan apa yang terjadi selama Depresi Besar.

Spiral deflasi ini memperketat likuiditas di setiap kesempatan, karena siklus produksi, distribusi, dan konsumsi semakin menyusut, menyerupai pegas yang semakin terkompresi dengan setiap putaran, yang pada akhirnya menjerumuskan masyarakat ke dalam stagnasi ekonomi.

Akar penyebab fenomena deflasi ini adalah pinjaman berlebihan oleh individu dan entitas yang seharusnya tidak memiliki akses ke pinjaman tersebut. Ketika para peminjam ini gagal membayar utangnya, mereka terpaksa menjual aset dengan harga tinggi untuk mendapatkan likuiditas atau dengan diskon besar karena nilai aset yang turun. Kedua skenario tersebut menyebabkan sirkulasi ekonomi melambat.

Ketika perusahaan menghadapi penurunan laba karena devaluasi aset, mereka mengurangi produksi dan mulai memberhentikan pekerja, yang memicu persaingan untuk bertahan hidup. Bank, yang menderita kerugian mereka sendiri dan menurunnya kepercayaan pada kemampuan pembayaran peminjam, telah memperketat kredit.

Bahkan bisnis berkualitas tinggi pun merasa kesulitan untuk mendapatkan pinjaman, dan pinjaman yang ada ditarik atau tidak diperpanjang. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan bangkrut, yang selanjutnya memperlambat sirkulasi ekonomi.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya