Menag: Kurikulum Cinta Pilar Menuju Masyarakat Harmonis dan Bumi Lestari

Fahmi Firdaus , Jurnalis
Selasa 04 Februari 2025 18:03 WIB
Menag: Kurikulum Cinta Pilar Menuju Masyarakat Harmonis dan Bumi Lestari
Share :

WAJO- Kurikulum cinta dan eco-teologi, basis implementasi Deklarasi Istiqlal 2024, merupakan refleksi mendalam atas peran agama dalam membangun masyarakat yang rukun dan menjaga kelestarian bumi.

Demikian diutarakan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar saat Seminar Internasional bertajuk Curriculum of Love and Eco-Theology as The Basis for The Istiqlal Declaration Implementation Movement di Universitas Islam As'adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa (4/2/2025).

Nasaruddin memaknai kurikulum cinta dengan seperangkat sistem dan fondasi hidup bersama dalam keragaman untuk kerukunan baik intra maupun antar umat beragama. Dalam agama, cinta adalah inti dari segala tindakan kebaikan.

“Kurikulum cinta adalah konsep yang menekankan pentingnya pendidikan berbasis kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan,”ujarnya.

“Nilai ini harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan kita, baik di lembaga formal maupun lingkungan sosial dan keluarga, termasuk dalam kehidupan pondok pesantren,” sambungnya.

Sementara eco-teologi, imbuhnya, merupakan landasan spiritualitas dalam upaya pelestarian lingkungan. Menjaga bumi bukan sekadar upaya ilmiah dan kebijakan negara, tetapi juga merupakan bagian dari spiritualitas dan ibadah seorang umat beragama.

Ia menyadari bahwa gerakan lingkungan berbasis keagamaan telah berkembang di banyak tempat di Indonesia. Misalnya, masjid ramah lingkungan, pesantren hijau, gereja berkelanjutan, dan lainnya. Karena itu, upaya-upaya ini harus terus dikembangkan secara lebih masif ke depannya.

“Mari kita menjadi aktor perubahan yang membawa pesan cinta dan kepedulian terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kerja sama yang erat, saya yakin kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai, harmonis, dan lestari,”tandasnya.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama, Arsad Hidayat, menambahkan, dunia sedang menghadapi dua tantangan besar, yakni dehumanisasi dan perubahan iklim. Yang lebih mengkhawatirkan, ada kelompok yang memakai bahasa agama untuk menjustifikasi hal itu.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya