JAKARTA - Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa Israel mungkin akan melancarkan serangan terhadap program nuklir Iran pada pertengahan tahun ini. Serangan ini diperkirakan dilakukan untuk memanfaatkan kelemahan Iran, seperti yang disebutkan dalam beberapa laporan intelijen, menurut laporan The Washington Post pada Rabu (12/2/25).
Penilaian intelijen menunjukkan bahwa Israel mungkin menargetkan fasilitas nuklir Iran di Fordow dan Natanz.
Serangan ini kemungkinan akan didukung oleh pengisian bahan bakar udara dan intelijen dari Amerika Serikat. Meskipun lebih memilih solusi diplomatik, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, menegaskan bahwa Presiden Trump tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.
"(Trump) tidak akan mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir," kata Hughes kepada wartawan, sebagaimana dialnsir Reuters.
Menurut penilaian intelijen dari pemerintahan Biden dan sebelumnya pemerintahan Trump, serangan seperti ini hanya akan menunda program nuklir Iran beberapa minggu atau bulan. Namun, langkah tersebut dapat memicu ketegangan di kawasan Timur Tengah dan meningkatkan risiko konflik yang lebih besar, seperti dilaporkan oleh media tersebut.
Sejak penarikan Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran pada 2018, Iran telah melanjutkan aktivitas nuklirnya, termasuk pengayaan uranium
Baru-baru ini, pertemuan di Jenewa antara Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman diadakan untuk membahas kemungkinan dimulainya kembali perundingan akhir.
Sebagai tanggapan, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa meskipun musuh berhasil menyerang fasilitas nuklir Iran, mereka tidak akan dapat menghilangkan kemampuan Iran untuk membangun yang baru.
Komandan angkatan udara Iran, Hamid Vahedi, menegaskan bahwa kebijakan militer Iran bersifat defensif, artinya negara tersebut tidak berambisi untuk menyerang pihak lain lebih dulu. Meski begitu, ia memperingatkan bahwa Iran akan memberikan respons tegas terhadap setiap serangan yang dilancarkan terhadap negara mereka.
Ini menunjukkan sikap Iran yang fokus pada pertahanan, tetapi tetap siap untuk mengambil langkah balasan yang keras jika kedaulatan mereka diganggu.
(Rahman Asmardika)