"Harusnya seorang dokter seperti di luar negeri, tidak boleh mikir uang, dia taunya sebulan kerja melayani pasien, berapa pun pasien dia digaji. Seperti di Malaysia, Singapur, seluruh dunia seperti itu. Nah di Indonesia tidak, per pasien kita obati dapat uang," tuturnya.
"Gak ada pasien tidak dapat uang. Akhirnya efeknya antara, saingan nih antara dokter dan pasien. Di luar negeri gak ada, karena masing-masing batasannya adalah jam, itu sistem kita yang belum baik," ujarnya.
Maka dari itulah, dia mendorong pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan hingga biaya dokter di Indonesia. Tujuan untuk melahirkan tenaga kerja yang baik di Indonesia.
"Jadi sistem pendidikan kita harus diperbaiki, utamanya pembiayaan. Pembiayaan yang kedua adalah jam kerja. Di negara-negara Eropa itu kita dibatasi 40-50 jam per minggu. Kemarin Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran 80 jam, dua kali lipatnya standar Eropa. Jadi itu pangkal permasalahannya," pungkasnya.
(Puteranegara Batubara)