JAKARTA - Memperingati perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Thailand pada 7 Maret 2025, hari ini, dilakukan acara penyerahan The World Tipitaka Saj-jhā-ya Phonetic Recitation (set 80 volume) kepada Perpustakaan Nasional Indonesia.
Berlokasi di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, kegiatan ini sekaligus merupakan bentuk penghormatan terhadap ulang tahun ke-6 Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua.
Edisi 2016 World Tipitaka Saj-jhā-ya Phonetic Recitation merupakan inisiatif dari World Tipitaka Foundation, yang dirancang untuk menjaga ketepatan pengucapan bahasa Pali di era sekarang. Tujuannya adalah untuk menyediakan representasi fonetik yang komprehensif dan andal.
Selain itu, untuk memastikan pengucapan teks Pali yang benar sesuai era Sang Buddha, baik untuk studi akademis maupun praktik Buddhis sehari-hari. Kitab ini terdiri atas dua bagian, menampilkan Edisi Raja Bhumibol Adulyadej (40 volume) dengan referensi fonetik Pāļi dan Edisi Ratu Sirikit (40 volume) dengan Notasi Musik Monoton Pāļi.
Turut hadir di antara pihak-pihak tersebut, Duta Besar Prapan Disyatat dan para anggota Korps Diplomatik, Gubernur Provinsi Gerejawi Surin (Dhammayut), Kepala Biara Wat Burapharam, Yang Mulia Phra-Tham Wa-Chi-Ra-Yan-Go-Sol Ha-Rue-Thai-Ta-Won, serta Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Prof. E. Aminudin Aziz. Kemudian, juga perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, perwakilan Kementerian Agama, serta diaspora Thailand di Indonesia dan juga komunitas Buddhis di Indonesia.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sambutannya menyampaikan, atas nama Pemerintah dan rakyat Republik Indonesia mengucapkan selamat kepada Yang Mulia, dan salam hangat kepada rakyat Kerajaan Thailand.
Menbud mengatakan bahwa acara ini merupakan suatu kehormatan dan keistimewaan yang besar dalam seremonial serah terima The World Tipiṭaka Saj-jhā-ya Phonetic Recitation- King Bhumibol Adulyadej dan Queen Sirikit Commemorative 2016 Edition. Menurutnya, ini merupakan hadiah yang luar biasa dari Kerajaan Thailand untuk rakyat Indonesia.
"Koleksi 80 jilid yang luar biasa ini lebih dari sekadar harta karun ilmiah. Koleksi ini merupakan simbol kemurahan hati Thailand dan jembatan budaya, yang menyatukan kedua negara dalam nilai-nilai perdamaian, kebijaksanaan, dan warisan spiritual yang sama," katanya.
Menurut Menbud Fadli Zon, Indonesia merasa sangat terhormat untuk menjadi penjaga koleksi yang akan disimpan di Perpustakaan Nasional ini, sebagai sebuah institusi yang fundamental untuk pelestarian budaya, keterlibatan intelektual, dan memori kolektif.
Selanjutnya, Menbud menyebutkan jika dirinya membayangkan koleksi Tipiṭaka ini akan menginspirasi kolaborasi akademis baru, studi Buddhis, filosofi perbandingan, dan dialog spiritual, terutama di antara kaum muda dan komunitas agama.
Selanjutnya, Menbud Fadli Zon mengungkapkan bahwa acara penyerahan ini merupakan diplomasi budaya. Diplomasi tidak hanya terbatas pada perjanjian atau kesepakatan ekonomi, namun juga hidup dalam pertukaran pengetahuan, nilai-nilai, tradisi spiritual, dan komitmen bersama terhadap martabat manusia.
"Pada saat dunia menghadapi tantangan yang besar, kita membutuhkan gerakan perdamaian seperti itu. Marilah kita mengambil momen ini untuk berkomitmen kembali pada diri kita sendiri untuk melestarikan kekayaan budaya umat manusia, dan untuk memastikan bahwa perdamaian dan kebijaksanaan, seperti Tipiṭaka tidak hanya dibicarakan, tetapi juga dipraktikkan, dihayati, dan dibagikan secara luas," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Prapan Disyatat, menyampaikan penghormatan tertingginya kepada Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, karena telah memberi penghormatan atas kehadirannya dan menyambut baik penyelenggaraan serah terima ini.
"Kami merasa sangat tersanjung dapat mempersembahkan koleksi ini sebagai hadiah perdamaian dan kebijaksanaan dari masyarakat Thailand kepada sahabat-sahabat kami yang terkasih di Indonesia, sebuah persembahan warisan budaya dan nilai kebersamaan," tuturnya.
(Agustina Wulandari )