BANDUNG – Banjir kembali melanda wilayah Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat usai hujan deras yang mengguyur sejak Rabu malam, 14 Mei 2025. Dua desa terdampak cukup parah, yakni Desa Citeureup dan Desa Dayeuhkolot.
Tinggi air bervariasi, dengan rata-rata berkisar antara 40 hingga 70 sentimeter. Berdasarkan data di Desa Dayeuhkolot, tercatat sebanyak 2.303 kepala keluarga (KK) atau 8.940 jiwa terdampak. Selain itu, 1.934 rumah, 2 sekolah, dan 18 tempat ibadah ikut terdampak banjir.
Sedangkan di Desa Citeureup, terdapat 3.041 KK atau 8.197 jiwa, dengan 2.318 rumah, 5 sekolah, 17 tempat ibadah, dan 3 fasilitas umum yang terkena dampak banjir.
Camat Dayeuhkolot, Asep Suryadi, menjelaskan, banjir mulai terjadi sejak Rabu malam sekitar pukul 20.00 WIB dan mulai memasuki permukiman warga dua jam kemudian.
“Jam 8 malam air mulai naik, dan jam 10 malam sudah masuk ke permukiman warga. Itu karena tanggul di Sungai Cipalasari, Cigede, dan Cikapundung sudah tidak bisa menampung debit air. Jadi air melimpas,” ungkap Asep saat dikonfirmasi, Jumat (16/5/2025).
Menurutnya, banjir kali ini cenderung disebabkan kiriman dari wilayah hulu. Besarnya volume air yang datang mendadak membuat banjir menyerupai bandang.
“Ini lebih karena hujan besar di Bandung Utara. Aliran sungainya itu bermuara ke Dayeuhkolot, jadi kita kebagian limpasan air yang besar,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, di Desa Citeureup terdapat 9 RW yang terdampak banjir, sementara Desa Dayeuhkolot ada 8 RW. Meski air mulai surut pada Kamis pagi, namun masih terdapat genangan di RW 4 dan RW 14 Desa Dayeuhkolot.
Dampak terparah, menurut Asep, dirasakan warga di RW 9 Desa Citeureup, tepatnya di wilayah Pasigaran. Di sana, limpasan air membawa lumpur dan sampah dengan volume cukup besar.
“Airnya bawa lumpur dan material sampah yang banyak. Itu mengganggu akses warga,” katanya.
Pihaknya langsung menggelar kerja bakti massal pada Kamis 15 Mei 2025 melibatkan berbagai unsur mulai dari kecamatan, pemerintah desa, Forkopimcam, hingga masyarakat sekitar.
Bantuan juga datang dari Dinas PUPR berupa alat berat dan dukungan dari BPBD serta Damkar untuk membantu proses pembersihan. “Alhamdulillah, kemarin dapat bantuan beko kecil dari PUPR, anggota BPBD juga turun bantu, dan Damkar kirim mobil semprot air untuk bersihkan jalan,” tutur Asep.
Pembersihan terus dilakukan hingga malam hari, terutama untuk membuka akses jalan yang tertutup lumpur dan sampah. Pada Jumat pagi, lanjutnya, kegiatan kerja bakti dilanjutkan ke sejumlah fasilitas umum seperti SMP 1 Dayeuhkolot, serta SDN 3 dan SDN 6 yang berada di Desa Citeureup.
Sementara pada dini hari tadi, air sempat kembali naik meski volumenya tidak sebesar malam sebelumnya. Asep menyebut penyebabnya karena tanggul pendek di dekat jembatan yang perlu segera ditinggikan.
“Kita sedang koordinasi dengan berbagai instansi, termasuk pemerintah desa untuk tanggap terhadap penyebab limpasan air ini,” pungkasnya.
(Arief Setyadi )