Ia mengatakan, “Yang terpenting bukan hanya menjadikan anak-anak sebagai seniman, tapi bagaimana mereka bisa melestarikan, menghayati, dan mengambil nilai-nilai dari seni dan budaya. Bahkan, jika kelak menjadi pejabat, mereka tetap mencintai budaya.”
Lebih lanjut, ia juga menyebut bahwa antusiasme terhadap program ini terus meningkat setiap tahunnya. Dengan semakin banyaknya proposal dan pendaftar yang masuk, pihaknya berharap cakupan program bisa diperluas di masa mendatang dengan dukungan dari berbagai pihak.
“Animonya luar biasa, untuk Belajar Bersama Maestro, dari 573 pendaftar, hanya 60 siswa yang diterima. Peserta berasal dari berbagai daerah dengan usia antara 18 hingga 22 tahun,” tuturnya.
Tahun 2025 menandai pelaksanaan GSMS yang ke-8, dengan melibatkan 220 seniman dan 224 sekolah yang terdiri atas 89 SD, 91 SMP, 42 SMA/SMK, dan dua SLB dari 27 pemerintah daerah, meliputi lima provinsi, lima kota, dan 17 kabupaten. Kegiatan ini akan berlangsung mulai 28 Juli hingga 28 November 2025.
Sementara itu, program BBM tahun ini diikuti oleh 60 seniman muda berusia 18–25 tahun, yang terpilih dari 573 pendaftar dari 189 perguruan tinggi di 31 provinsi.
Para peserta akan menjalani residensi mulai 20 Juli hingga 18 Agustus 2025 di enam bidang seni yang dibimbing langsung oleh maestro Indonesia, yaitu sastra bersama Gus TF Sakai (Padang Panjang), pedalangan bersama Ki Purbo Asmoro (Solo), teater bersama Iman Soleh (Bandung), tari bersama Didik Nini Thowok (Yogyakarta), musik keroncong bersama Sundari Soekotjo (Jakarta), dan seni lukis bersama Nasirun (Yogyakarta)