Bila merujuk pada Naskah Wangsakerta, raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Sunda adalah Niskala Wastu Kancana, yang digelari Prabu Siliwangi I, dan gelar tersebut berakhir pada masa pemerintahan Suryakancana sebagai Prabu Siliwangi VIII.
Namun demikian, persepsi masyarakat Sunda sulit diubah. Hingga kini, nama Prabu Siliwangi lebih banyak dikaitkan dengan Sri Baduga Maharaja, terutama karena kekuasaannya yang besar dan wibawanya yang setara dengan sang kakek, Niskala Wastu Kancana.
Dalam carita atau puisi tradisional Sunda, kebesaran Sri Baduga Maharaja membuat masyarakat segan menyebut nama aslinya secara langsung. Oleh karena itu, para juru pantun memperkenalkan sebutan “Siliwangi” sebagai nama panggilan yang lebih terhormat. Lambat laun, nama inilah yang populer dan tersebar luas dalam literatur dan kebudayaan Sunda.