BANDUNG – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Garut telah memeriksa 10 saksi, terkait tragedi dalam pesta rakyat pernikahan Maula Akbar Mulyadi Putra, anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang digelar di Pendopo Kabupaten Garut pada Jumat 18 Juli 2025.
Para saksi yang diperiksa berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pihak event organizer (EO), warga, anggota Satpol PP, petugas kepolisian, sopir ambulans, dan dokter yang menangani korban.
"Iya, 10 saksi telah diperiksa terkait tragedi pesta rakyat di Pendopo Garut. Tapi penanganannya kini sudah diambil alih oleh Polda Jabar," kata Kasatreskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, Senin (21/7/2025).
AKP Joko menjelaskan, pemeriksaan terhadap para saksi dilakukan secara maraton sejak hari kejadian hingga Minggu 20 Juli 2025.
"(Hari ini) tidak ada pemeriksaan. Karena penanganan kasus sudah dilimpahkan ke Direktorat Kriminal Umum, Polda Jabar," ujarnya.
Diketahui, tragedi memilukan tersebut menewaskan tiga orang dan menyebabkan sekitar 30 lainnya mengalami luka-luka serta pingsan. Insiden terjadi saat ribuan warga berdesakan di gerbang pendopo untuk mendapatkan makanan gratis yang disiapkan oleh panitia, yang jumlahnya sekitar 5.000 paket.
Sementara itu, jumlah warga yang datang diperkirakan hampir dua kali lipat dari jumlah paket yang tersedia.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra, mengatakan bahwa ribuan warga mulai memadati kawasan pendopo sejak pagi hari untuk menghadiri rangkaian acara pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina, yang dijadwalkan berlangsung hingga malam hari.
“Kronologi awalnya, di Pendopo Garut disiapkan sekitar 5.000 paket makanan gratis. Masyarakat mulai mengantre di luar sejak pagi,” kata Kombes Hendra.
Namun, situasi menjadi tak terkendali saat gerbang pendopo dibuka. Massa langsung menyerbu masuk untuk berebut makanan. Aparat keamanan sempat menutup sebagian gerbang untuk mencegah kekacauan di area pembagian makanan, tetapi langkah tersebut tidak cukup menahan desakan dari warga yang terus berdatangan.
“Jumlah warga dari luar sangat banyak. Saat pembatasan dilakukan, dorongan dari luar justru semakin deras. Akibatnya, terjadi penumpukan massa di pintu masuk,” jelas Hendra.
Desakan tersebut menyebabkan sejumlah warga terjatuh dan terinjak-injak. Beberapa mengalami luka-luka seperti lebam dan keseleo, bahkan pingsan. Korban-korban tersebut langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
"Para korban terjatuh dan terinjak-injak di depan gerbang pendopo," ujar Hendra.
Menanggapi insiden tersebut, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan kesiapannya untuk diperiksa oleh pihak kepolisian jika diminta memberikan keterangan.
“Tidak ada masalah. Semua orang kedudukannya sama di hadapan hukum. Mau anak saya, mau saya, kalau ada panggilan ya harus datang dan memberikan keterangan yang benar,” kata Dedi.
(Awaludin)