Lebih lanjut, Menteri Fadli menjelaskan bahwa gambar-gambar yang ada pada buku ini adalah kartu pos dengan foto-foto tentang Sumatera Barat. Kartu pos yang ada di dalam buku ini adalah kartu pos yang dibuat di zaman kolonial Belanda, yaitu tahun 1890 hingga tahun 1940. Dengan periode kurang lebih 50 tahun. Dengan lokasi sebagian besar tentang wilayah Bukittinggi dan Padang. Namun demikian juga terdapat foto-foto tentang daerah Payakumbuh, Sawahlunto, Solok, Padang Panjang dan lainnya.
“Dengan hadirnya buku ini, kita dapat membayangkan suasana di awal-awal kemerdekaan dulu seperti apa, terutama di Sumatera Barat. Seperti kita tahu dari sejarah, namanya Fort de Kock itu dari nama Jenderal de Kock. Fort de Kock menjadi nama Bukittingi di masa lalu,” kata Menteri Kebudayaan.
Kegiatan peluncuran buku ini turut dihadiri oleh Budayawan, Taufik Ismail; Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Protokoler dan Rumah Tangga, Rachmanda Primayuda; Direktur Sarana dan Prasarana, Kemenbud, Feri Arlius; perwakilan pemerintah daerah Sumatera Barat di antaranya: Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat; Bupati Dharmasraya; Wakil Bupati Tanah Datar; Wakil Bupati Padang Panjang; Wali Kota Bukittinggi; Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat; Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat; Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah III, perwakilan akademisi, mahasiswa, dan pelajar, serta undangan lainnya.
Selain peluncuran buku, pada kegiatan ini juga disemarakkan dengan pameran foto lama Fort de Kock dan sekitarnya oleh Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah III, Sumatera Barat.
“Kita berharap dengan adanya pameran sekaligus peluncuran buku ini bisa menambah informasi edukasi yang bisa dikembangkan sebagai sebuah journey atau perjalanan dari Sumatera Barat,” tutur Menteri Fadli.
(Agustina Wulandari )