Lebih lanjut, Wim mengatakan bahwa Indonesia menjadi superpower dalam hal keragaman budaya dengan banyaknya etnis hingga sejumlah tradisi.
“Indonesia sebagai negara adidaya yang kaya akan budaya ini memiliki banyak etnis serta tradisinya masing-masing dalam perlintasan budaya sehingga Indonesia menjadi tempat khusus di mata dunia,” kata Wim.
Wim menilai bahwa warisan budaya bukan hanya sebagai peti harta karun yang disimpan dan dijauhkan dari siapapun, tetapi layaknya taman yang dipelihara dan dijaga bersama untuk bisa terus tumbuh dan berkembang menyambut masa depan bersama agar makna dari hal tersebut tidak hilang begitu saja.
Sementara itu, Associate Professor of School of Arts of Nanfang College Guangzhou, He Lu dalam materinya, menegaskan pentingnya angklung sebagai warisan yang mampu menjadi jembatan persahabatan antarbangsa.
Angklung, menurutnya, bukan hanya sekadar instrumen tradisional Jawa Barat, tetapi juga sebuah tradisi musik yang kaya, berkembang di Asia Tenggara, serta mengandung sejarah, kebijaksanaan lokal, dan nilai-nilai universal. Berkat upaya pemerintah dan akademisi Indonesia, angklung kini telah mendunia.
“Sebagai warisan budaya dan instrumen yang mudah dipelajari, angklung memiliki potensi besar untuk membuat seluruh dunia menjadi saling terhubung,” tutur He Lu.
Filosofi angklung, di mana setiap orang memegang satu tabung nada, tetapi harus berkolaborasi agar menghasilkan harmoni, mencerminkan semangat kebersamaan, kerja sama, dan saling memiliki.