Komunike akhir KTT, yang mempertemukan negara-negara termasuk Iran, Turki, dan Arab Saudi, tidak memuat bahasa yang muncul dalam draf yang dilihat oleh Reuters yang mengatakan bahwa serangan Israel dan "tindakan permusuhan" lainnya mengancam koeksistensi dan upaya normalisasi hubungan di kawasan tersebut.
Pernyataan terpisah dari Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menyatakan bahwa "kelanjutan kebijakan agresif Israel ini merusak ... masa depan pemahaman dan perjanjian yang ada dengan Israel."
Komunike KTT tersebut memang menyerukan negara-negara untuk meninjau kembali hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, yang menurut Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab Hossam Zaki merupakan ajakan bagi negara-negara yang memiliki hubungan dengan Israel untuk meninjaunya kembali.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, sekutu AS yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979, mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa tindakan Israel "menghambat peluang untuk perjanjian damai baru dan bahkan membatalkan perjanjian yang sudah ada".
Sementara diplomasi sedang berlangsung di Yerusalem dan Doha, pasukan Israel melanjutkan serangan mereka di Kota Gaza, di mana mereka menewaskan setidaknya 16 warga Palestina dalam serangan terhadap dua rumah dan sebuah tenda yang menampung sebuah keluarga pengungsi, kata otoritas kesehatan setempat.