Nabire Diguncang Gempa M6,6, BNPB: Kondisi Terkendali dan Warga Tetap Waspada

Binti Mufarida, Jurnalis
Jum'at 19 September 2025 13:03 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto/Foto: Istimewa
Share :

JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, memastikan situasi di Kota Nabire, Papua Tengah, tetap kondusif dan terkendali pascagempa bumi berkekuatan magnitudo 6,6 yang terjadi pada Jumat (19/9/2025) pukul 01.19 WIB atau 03.19 WIT.

Aktivitas masyarakat berangsur normal seiring dengan penanganan darurat yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nabire bersama instansi terkait.

“Situasi secara umum aman dan terkendali,” ungkap Suharyanto dalam keterangannya.

Meski demikian, BNPB tetap mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke Nabire hari ini untuk mendampingi pemerintah daerah dalam proses monitoring, kaji cepat, dan langkah penanganan darurat lainnya.

“BNPB tetap mengirimkan tim reaksi cepat siang ini untuk mendampingi BPBD Kabupaten Nabire,” tambahnya.

Tim TRC akan melakukan analisis dan evaluasi berdasarkan hasil kaji cepat di lapangan. Jika penanganan darurat dapat ditangani oleh Pemkab Nabire dan Pemprov Papua Tengah, maka BNPB tidak akan banyak melakukan intervensi. Namun, jika dampak gempa dinilai semakin meluas, maka penanganan akan ditingkatkan.

 

“Jika eskalasi dampaknya semakin masif, maka Deputi Bidang Penanganan Darurat, Mayjen TNI Budi Irawan, akan diberangkatkan malam ini untuk memimpin langsung penanganan,” jelas Suharyanto.

Hingga pukul 10.00 WIB, data sementara mencatat sejumlah kerusakan infrastruktur meliputi dua unit rumah, kaca-kaca fasilitas bandara pecah, plafon Kantor Bupati Nabire rusak, langit-langit Gereja Katolik KR Malompo rusak, jembatan Sriwani amblas, jaringan telepon dan komunikasi sempat lumpuh.

BNPB menyatakan akan membantu perbaikan infrastruktur sesuai tingkat kerusakan berdasarkan hasil kajian lapangan.

“Kami juga memastikan kerusakan akan kami perbaiki,” tegas Suharyanto.

Berdasarkan data BMKG, hingga pukul 11.00 WIB, telah terjadi 53 kali gempa susulan (aftershock). Tiga di antaranya berkekuatan cukup besar, namun belum menimbulkan dampak signifikan.

Suharyanto mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, mengingat wilayah Nabire memiliki sejarah gempa yang cukup parah.

“Pada tahun 2004, pernah terjadi gempa M6,4 di Nabire yang menyebabkan 32 orang meninggal, 213 luka-luka, dan ratusan rumah terbakar atau roboh. Kita patut waspada,” pungkasnya.
 

(Fetra Hariandja)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya