PBB - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (23/9/2025) menyampaikan pidato di hadapan Majelis Umum PBB berisi kritik keras terhadap para pemimpin dunia dan badan internasional tersebut. Dalam pidato sepanjang 56 menit itu, Trump mengecam kenaikan migrasi global hingga menyebut kebijakan perubahan iklim sebagai penipuan.
Trump menolak langkah-langkah sekutu AS untuk mendukung negara Palestina di tengah serangan terbaru Israel ke Gaza dan mendesak negara-negara Eropa mengadopsi serangkaian langkah ekonomi yang sama seperti yang ia usulkan terhadap Rusia untuk memaksa diakhirinya perang di Ukraina.
Namun, sebagian besar pidatonya didominasi oleh dua keluhan terbesarnya: imigrasi dan perubahan iklim.
Trump menawarkan tindakan keras imigrasi AS sebagai studi kasus tentang apa yang seharusnya dilakukan para pemimpin dunia lainnya untuk mengekang migrasi massal yang menurutnya mengubah tatanan bangsa. Sementara para pembela hak asasi manusia berpendapat para migran mencari kehidupan yang lebih baik, Trump melihatnya sebagai ancaman yang dapat menyebabkan kehancuran negara.
"Saya sangat ahli dalam hal ini," kata Trump. "Negara-negara kalian akan hancur."
Dia juga menyebut perubahan iklim sebagai "penipuan" dan mendesak kembalinya ketergantungan yang lebih besar pada bahan bakar fosil.
"Imigrasi dan gagasan energi bunuh diri mereka akan menjadi kematian bagi Eropa Barat," kata Trump, sebagaimana dilansir Reuters.
Pemerintahan Trump berencana menyerukan penyempitan tajam hak suaka di Perserikatan Bangsa-Bangsa akhir bulan ini, lapor Reuters pekan lalu, sebagai upaya untuk membatalkan kerangka kerja pasca-Perang Dunia Kedua mengenai perlindungan kemanusiaan.
Trump juga menyelipkan serangkaian pernyataan palsu dan menyesatkan dalam pidatonya, seperti menyebut Wali Kota London Sadiq Khan ingin memberlakukan "hukum syariah" di London dan bahwa "inflasi telah dikalahkan" di Amerika Serikat, hanya enam hari setelah Federal Reserve menyatakan inflasi naik.
Dalam pidatonya Selasa, Trump mengejek sekutu NATO karena tidak menghentikan pembelian minyak Rusia dan mengatakan ia akan memberlakukan langkah-langkah ekonomi yang kuat terhadap Moskow.
"Mereka mendanai perang melawan diri mereka sendiri. Siapa yang pernah mendengar hal itu? Jika Rusia tidak siap membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang, maka Amerika Serikat sepenuhnya siap mengenakan tarif yang sangat kuat," katanya.
"Tetapi agar tarif tersebut efektif, negara-negara Eropa, Anda semua yang berkumpul di sini sekarang, harus bergabung dengan kami dalam mengadopsi langkah-langkah yang sama persis."
Ia tidak merinci langkah-langkah tersebut, tetapi telah mempertimbangkan paket yang mencakup sanksi terhadap negara-negara yang berbisnis dengan Rusia, seperti India dan China. Pembeli utama minyak Rusia di Eropa adalah Hongaria, Slovakia, dan Turki.
(Rahman Asmardika)