Soal Polemik Whoosh, Jokowi: Prinsip Dasar Transportasi Massal Bukan Cari Untung, Tapi Manfaat Sosial!

Ary Wahyu Wibowo, Jurnalis
Senin 27 Oktober 2025 16:23 WIB
Jokowi angkat bicara soal kereta cepat Whossh (foto: Okezone)
Share :


SOLO - Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) akhirnya angkat bicara terkait polemik Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang belakangan menjadi sorotan publik. 

Jokowi menegaskan, bahwa prinsip dasar transportasi massal bukanlah mencari keuntungan finansial, melainkan memberikan keuntungan sosial (social return on investment) bagi masyarakat luas.

“Kita harus tahu masalahnya dulu. Di Jakarta, kemacetannya sudah parah sejak 30 tahun lalu. Jabodetabek juga sama, termasuk Bandung,” ujar Jokowi di Solo, Senin (27/10/2025).

Menurut Jokowi, kemacetan tersebut menimbulkan kerugian ekonomi besar bagi negara. Di Jakarta, misalnya, nilai kerugian akibat kemacetan mencapai Rp65 triliun per tahun, sementara di kawasan Jabodetabek dan Bandung totalnya diperkirakan melampaui Rp100 triliun per tahun.

Untuk mengurangi kerugian tersebut, pemerintah mengembangkan berbagai moda transportasi publik seperti MRT, LRT, KRL, kereta cepat, dan kereta bandara. Tujuannya adalah mengubah kebiasaan masyarakat agar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Prinsip dasar transportasi massal adalah layanan publik, bukan mencari laba. Keuntungannya diukur dari manfaat sosial, seperti pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas, penurunan polusi, dan efisiensi waktu tempuh,” tegas Jokowi.

 

Ia menambahkan, jika ada subsidi pada moda transportasi publik, hal itu harus dipandang sebagai bentuk investasi sosial, bukan kerugian. Sebagai contoh, MRT Jakarta saat ini masih menerima subsidi sekitar Rp800 miliar per tahun, meski baru beroperasi dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Setelah seluruh rute selesai, subsidi diperkirakan akan mencapai sekitar Rp4,5 triliun per tahun.

“Merubah kebiasaan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum itu tidak mudah. Tapi kita sudah mulai melihat hasilnya,” ujar Jokowi.

Jokowi memaparkan, MRT telah mengangkut sekitar 171 juta penumpang sejak beroperasi, sedangkan kereta cepat Whoosh sudah melayani 12 juta penumpang sejak diluncurkan. Ia menilai, angka tersebut menunjukkan adanya pergerakan signifikan menuju transportasi massal.

Selain mengurangi kemacetan, pembangunan infrastruktur seperti kereta cepat juga memiliki dampak ekonomi berantai (multiplier effect). Jokowi menyebut, proyek Whoosh telah menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru, mendorong munculnya UMKM dan sektor pariwisata di wilayah Bandung dan sekitarnya.

“Dengan adanya Whoosh, pariwisata di Bandung meningkat, nilai properti naik, dan aktivitas ekonomi tumbuh. Ini investasi jangka panjang,” ujarnya.

 

Jokowi juga membandingkan dengan transportasi massal di negara lain seperti Korea Selatan, China, Jepang, hingga Eropa, di mana subsidi untuk sistem metro atau kereta cepat mencapai sekitar 50 persen.

“Metro Paris disubsidi hampir 50 persen, London Underground juga sama. Artinya, ini bukan soal rugi atau untung, tapi soal layanan publik dan efisiensi sosial,” tambahnya.

Mengenai laporan kerugian Whoosh yang disebut tidak ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Jokowi menegaskan, bahwa hal tersebut menjadi kewenangan pemerintah terkait, dan ia tidak ingin berkomentar lebih jauh.

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya