JAKARTA - Keluarga Arya Daru Pangayunan melalui kuasa hukumnya, Nicholay Aprilindo, meminta pihak kepolisian untuk tidak menutupi sosok wanita bernama Vara dan pria bernama Dion dalam kasus kematian diplomat muda tersebut. Ia pun meminta kepolisian untuk mengungkap hasil pemeriksaan keduanya.
“Kemudian adanya statement masalah ada hal-hal privasi. Nah, hal-hal privasi itu kami minta agar dibuka, apa privasinya, hubungannya tentang apa privasinya, apakah hubungan dengan seorang wanita yang bernama Vara dan juga Dion,” kata Nicholay di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (30/10/2025).
“Seorang laki-laki, Dion, yang bersama-sama dengan Vara dan almarhum ketika mereka siang makan di Posbloc, kemudian mereka malam bertemu di GI (Grand Indonesia),” sambungnya.
Menurutnya, hal-hal tersebut perlu diungkap pihak kepolisian. Nicholay juga meminta pihak kepolisian membuka secara terang hasil pemeriksaan handphone milik Arya Daru.
“Karena untuk saat ini, jejak digital itu adalah hal yang sangat penting. Dan perlu kami sampaikan bahwa masalah handphone yang dikatakan hilang milik almarhum itu kami yakin bahwa polisi pasti bisa menemukan. Dan juga ada satu handphone Note 9, itu kan tidak hilang,” ujarnya.
“Itu kan ada dan sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Nah, kami minta itu supaya dibuka. Demikian juga laptop yang diserahkan oleh Kemenlu itu dibuka, hasilnya apa saja, dan itu supaya transparan agar masyarakat tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, kecurigaan-kecurigaan,” ujarnya.
Sebagai informasi, polisi menyimpulkan tidak ada keterlibatan orang lain dalam kematian Arya. Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, mengungkapkan Arya ternyata telah memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya sejak lama, tepatnya sejak 2013.
Fakta tersebut terungkap dari hasil pemeriksaan digital forensik terhadap perangkat elektronik milik Arya.
“Ditemukan riwayat komunikasi antara pemilik akun email dxxx_cxxx@yahoo.com (milik ADP) dengan akun jo@sxxx.org. Dari hasil tersebut diketahui bahwa sejak 2013 ADP sudah memiliki keinginan bunuh diri, dan pada tahun 2021 keinginannya semakin kuat,” kata Wira di Mapolda Metro Jaya, Selasa 29 Juli 2025.
Wira menjelaskan akun yang dihubungi Arya merupakan milik Samaritans, lembaga amal di Inggris dan Irlandia yang menyediakan layanan dukungan emosional secara rahasia kepada orang-orang yang mengalami tekanan psikologis, keputusasaan, dan pemikiran untuk bunuh diri.
“Dari keseluruhan data digital yang diperoleh dari barang bukti elektronik, tidak ditemukan informasi maupun dokumen yang mengandung muatan ancaman fisik, psikis, atau kekerasan dari pihak lain,” jelas Wira.
(Arief Setyadi )