JAKARTA - Zohran Mamdani terpilih sebagai Wali Kota New York pada Selasa, 4 November 2025 waktu setempat. Terpilihnya Mamdani menjadi peristiwa bersejarah, khususnya di Amerika Serikat, karena untuk pertama kalinya seorang muslim sosialis menduduki jabatan tertinggi di kota terbesar di negeri Paman Sam tersebut.
Kota New York selama ini dikenal sebagai simbol kapitalisme global. Di kota ini beroperasi dua bursa saham terbesar dunia dan terdapat jumlah miliarder tertinggi dibandingkan kota lain di seluruh dunia. Namun, di balik gemerlap gedung pencakar langit dan kemewahan Manhattan, New York juga menyimpan kenyataan sosial yang memprihatinkan.
Menurut laporan The New York Times pada awal Oktober lalu, terdapat lebih dari 140.000 tunawisma yang tinggal di kota tersebut. Selain itu, New York menghadapi persoalan serius seperti harga sewa tempat tinggal yang tidak terjangkau dan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.
Dalam konteks tersebut, kemunculan Zohran Mamdani membawa angin segar perubahan bagi masyarakat New York. Berbeda dengan banyak politisi arus utama, Mamdani secara konsisten mengangkat isu-isu yang dirasakan langsung oleh kelas pekerja dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Politisi sosialis kelahiran Uganda tersebut berkomitmen mewujudkan kota yang lebih inklusif dan terjangkau melalui berbagai kebijakan progresif, antara lain pembekuan kenaikan tarif sewa, penyediaan transportasi umum gratis, dan pembentukan toko swalayan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Peneliti Geopolitik GREAT Institute, Achmad Haikal Kurniawan, menilai kemenangan Mamdani sebagai simbol kebangkitan politik progresif di tengah krisis sosial dan ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir kalangan.
“Kemenangan Zohran Mamdani menunjukkan bahwa idealisme politik yang berpihak pada rakyat kecil masih mendapat tempat di tengah sistem kapitalisme yang mapan. Ia menjadi representasi dari perjuangan kaum muda, imigran, dan kelas pekerja yang selama ini terpinggirkan — dengan harapan terjadinya civilization shifting yang berpihak pada yang lemah dan tertindas,” ujar Haikal, Rabu (5/11/2025).
Identitas Mamdani sebagai muslim dan anak imigran Asia Selatan memberikan makna historis tersendiri bagi masyarakat Amerika Serikat yang tengah berjuang melawan polarisasi politik dan diskriminasi rasial.
Di kota dengan populasi Yahudi terbesar kedua di dunia setelah Tel Aviv, keberanian Mamdani menyuarakan dukungan terhadap rakyat Palestina menunjukkan integritas moral dan konsistensi pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Kemenangan Mamdani juga menandakan bahwa agenda pro-kemerdekaan Palestina mendapat dukungan dari warga kota besar yang menjadi simbol kapitalisme dunia.
Inspirasi bagi Generasi Muda dan Politik Global
GREAT Institute memandang keberhasilan Mamdani sebagai inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia untuk berani tampil dalam politik dengan membawa agenda keadilan sosial dan solidaritas kemanusiaan.
Mamdani membuktikan bahwa usia muda dan idealisme bukan penghalang untuk berjuang di dunia politik. Justru dari sanalah lahir energi baru untuk perubahan.
Melalui kampanye yang menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan masyarakat New York serta penegakan nilai-nilai kemanusiaan untuk semua, Mamdani telah menorehkan sejarah baru dalam demokrasi Amerika.
GREAT Institute berharap kemenangan ini menjadi pemantik bagi lahirnya kepemimpinan progresif di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, yang menjadikan keberpihakan pada rakyat, keadilan sosial, dan solidaritas global sebagai fondasi utama kebijakan publik.
(Awaludin)