Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
Kampungku Tenggelam

Mutmainah Bertahan Hidup di Kubangan Air Raksasa

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Senin, 07 Maret 2011 |12:20 WIB
 Mutmainah Bertahan Hidup di Kubangan Air Raksasa
Mereka Tinggal di sebuah kubangan air raksasa (Foto:Fahmi/okezone)
A
A
A

JAKARTA - Di tengah teriknya mentari, Mutmainah berjalan memasuki rumahnya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.

Dengan penuh kehati-hatian di sebuah titian bambu yang mulai lapuk terkikis air, kakinya terus melangkah perlahan-lahan. Wanita paruh baya ini tidak mau bernasib sama seperti anaknya.

Tragis, anaknya tewas setelah tercebur di genangan air sedalam dua meter persis di depan rumahnya. “Yah, beginilah kondisinya mas, kehidupan di sini sampai kapan pun air tidak akan surut,” ujarnya saat ditemui okezone, baru-baru ini.

Rumah Mutmainah berbentuk panggung berukuran tidak  lebih dari 4X6 meter. Terbuat dari kayu seadanya dan mengapung di atas genanangan air yang mirip danau penun sampah. Terlihat bagunan sederhana itu mulai lapuk di makan usia. Kondidi ini sangat membahayakan jiwa lantaran sewaktu-waktu roboh.

Bahaya juga mengintai jika genangan air naik ke atas rumah. Menurut Mutmainah, banjir yang memporak-porandakan kehidupan warga Kampung Apung ini sudah berjalan belasan tahun. Banjir tersebut akibatkan maraknya pembangunan pabrik, mal, dan pemukiman mewah di sekitar Kampung Kapuk yang dulunya adalah dataran tinggi.

Untuk ke luar rumah, Mutmainah terkadang menggunakan sepatu bot supaya terhindar gigitan hewan liar yang berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya. Pasalnya, banyak ular, lintah, ikan, sampai kecebong yang turut menghiasi halaman rumahnya.

Tidak jauh dari rumah Mutmainah, terdapat ratusan keluarga lain yang hidup dalam kondisi serupa. Menghuni bangunan-bangunan dari kayu dan bambu yang saling berhimpitan. Terlihat seperti pemukiman padat kumuh lainnya yang marak di Jakarta. Hanya bedanya yang satu ini mengapung di atas kubangan air raksasa.

Kendati hidup dalam kondisi demikian, Mutmainah enggan meninggalkan rumah yang didirikan bersama suaminya. “Saya tinggal di sini bersama anak dan suami sejak beberapa tahun lalu. Suami saya kerja jadi penjahit,” ujar wanita asal Banten ini.

Dia menjelaskan, di bawah rumah panggungnya itu teronggok tumpukan sampah yang terjebak dalam genangan air tanpa saluran buangan. “Dalam airnya bisa mencapai lima meter lebih, orang dewasa nyebur saja enggak sampai nyentuh permukaan, ungkapnya.

Menurut perempuan berbadan besar ini, rumah yang ditinggalinya adalah bekas kantor pemakaman yang hancur oleh banjir. "Saya bangun rumah ini di atas bekas kantor pemakaman, karena tidak dipakai lagi oleh pihak pemerintah,” akunya.

Kini Mutmainah mengaku hidup bahagia bersama suami dan ketiga anaknya walau bahaya terus mengintai setiap waktu. Susahnya mencari lapangan pekerjaan dan tempat tinggal yang layak, memaksa Mutmainah bertahan hidup di bangunan panggung sederhana itu.

Pemukiman ini disebut Kampung Apung karena rumah-rumah warga berdiri di lokasi genangan air setinggi dua meter lebih. Genangan tersebut tak lain adalah air hujan dan air rob yang tidak mengalir lantaran tidak ada saluran pembuangan. Terdapat ratusan kepala keluarga yang tinggal di sana. Mereka mendirikan tempat tinggal dengan tiang-tiang kayu pancang di atas genangan air.

Begitu juga dengan akses jalan keluar-masuk rumah, hanya terbuat dari jembatan bambu dan kayu seadanya. Sebagian warga di Kampung Apung bekerja sebagai buruh pabrik. Beberapa di antaranya memanfaatkan kubangan air tepat di atas tempat tinggalnya dengan memelihara ikan lele untuk mendapat tambahan pemasukan.

Ketua RW 1 Kelurahan Kapuk Juhri mengatakan, luas wilayah RW 01 mencapai 4 hektare dan dihuni sekitar 400 jiwa atau sebanyak 118 kepala keluarga (KK). Hampir 2 hektare dari lahan tersebut sudah terendam genangan yang tingginya mencapai dua meter, termasuk areal tempat pemakaman umum.

(Dadan Muhammad Ramdan)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement